Kafe Lantjar Djaya; Kopi, Buku, Seni dan Inspirasi
Meski telah lama meninggalkan kota ini, namun aroma dan kenangannya masih
bergelayut nyata di hadapan. Saat berkunjung Ke Kota Malang kemarin, saya
menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu warung kopi di kota tersebut.
Kebetulan teman saya adalah pengelolanya. Saya bahagia karena sepertinya dia telah begitu jauh melesat
menggampai mimpi-mimpi kesuksesannya.
Kafe Lantjar Djaya, adalah nama yang digunakan. Terletak di dekat kampus UIN
Maliki Malang, kafe ini pastinya tidak sulit dijumpai. Bertetangga dengan
beberapa warung kopi tua di kota tersebut, seperti Setunggal, Jemblung, dan Unyil.
Saya tertarik untuk mengulas kafe ini, pertama, dari sekian warung kopi
yang saya singgahi di kota ini, hanya Lanjar Dajaya yang menyediakan menu buku
di varian menu kopinya. Iya, di salah satu sudut kafe, berjejer buku untuk
dinikmati bersama kopi. Saya merasa ini hal yang menarik. Saat sementara orang
hanya bisa menikmati kopi dengan rokok, atau gadget-nya, tetapi kafe ini justru
menyiapkan fasilitas baca di warung kopinya. Menyeruput kopi sambil membaca,
pastinya tak kalah candunya dengan menghisap rokok hingga larut malam.
Kedua, saya suka iklim intelektual yang mencuat saat masuk di warung kopi
ini, teman saya yang menjadi baristanya selalu segar dengan ide-ide
filosofisnya. Ini karena meski dia seorang barista, tetapi kemampuan
intelektualnya tak pernah tumpul. Di dekat jejer toples kopi di hadapan meja
kerjanya, ada buku-buku filsafat yang mengiringi. Hegel, Kant, Rene Descartes,
adalah diantara tokoh yang sering dia baca. Ini tentu membuat berdisksui di
kafe ini menjadi menarik dan hidup. Buku-buku yang berjejer di kafe juga
tentang bacaan-bacaan yang menutrisi otak, ada buku-buku pemikiran, dan novel asah
otak karya Dan Brown.
Ketiga, Saya melihat referensi kopi di kafe ini menarik. Menggunakan produk
kopi lokal menjadikan kafe ini ramah produk lokal dan tentunya cinta produk
indonesia. Ada kopi Dampit, Argopuro, Arjuno, dan Kopi lokal lainnya sekitar
Kabupaten Malang. Ada pilihan Robusta dan Arabica. Tentunya anda boleh mencoba
keduanya. Ada juga versi wine-nya hingga bagi penikmat kopi sejati, kafe
ini bisa menjadi referensi yang penting.
Sembari menyeruput kopi, anda bisa menikmati begitu banyak lukisan seni
yang terpampang di tembok kafe. Dari gambarnya, lukisan tersebut menyimpan
nilai-nilai yang kaya, sebuah abstraksi yang pastinya disukai para penikmat seni.
Saya datang di Kafe ini pada waktu menjelang Magrib, dan tak terasa saya
menghabiskan berjam-jam waktu dengan kopi, buku, dan diskusi. Bunyi alarm di
jam tangan meningatkan waktu telah menunjukkan jam 12 malam. Saya kemudian
memutuskan untuk meninggalkan tempat, di sepanjang perjalangan menuju
penginapan, ribuan inspirasi telah penuh di kepala!
Hwua, Kafe Literasi yaa, Guus🤩
ReplyDeletebenar banget... 👌
Delete