Sejarah Sosial Keagamaan Desa Lendang Nangka Lombok Timur
Membincang Islam di Lombok tidak terlepas dari peran para
tuan guru (Jamiludin, 2011). Sebagai agen sosial tuan guru menjadi aktor
penggerak pengembangan suatu komunitas masyarakat. Dalam tradisi sosial
masyarakat Lombok, tuan guru memiliki peran yang sangat besar, karena tuan guru
umumnya memiliki karisma yang kuat di tengah realitas masyarakat Lombok.
Jamaludin, menyebut bahwa tuan guru merupakan
perpanjangan tangan dari wali songo yang pernah melebarkan sayap dakwah di
daerah Lombok. Artinya, tuan guru pada awalnya adalah murid dari para wali
songo. Sepeninggal wali songo, para tuan guru meneruskan dan mengisi
ruang dakwah yang ditinggalkan oleh para wali songo.
Lendang Nangka sebagai salah satu desa yang terdapat di
kabupaten Lombok Timur, juga memiliki garis sejarah yang cukup diperhitungkan
dalam konteks penyebaran Islam dan aktivitas kaum santri (tuan guru). Ada garis
historis yang menghubungkan antara desa Lendang Nangka dengan kerajaan
Selaparang, yakni kerajaan Islam pertama di pulau Lombok.
Berdasarkan pada penemuan benda arkeologis di pekuburan
umum Timuk Desa Lendang Nangka (lomboktoday.co.id, akses 13/04/2021), yakni
makam raja selaparang terakhir, yakni pangeran Panji, garis sejarah Islam di
Lombok Timur khususnya menemukan titik persimpangan yang meski buram namun bisa
diperhitungkan di desa Lendang Nangka. Penelitian
yang dilakukan oleh salah seorang arkeolog dari Malang menyebut peta historis
tersebut melalui pendekatan arkeologi. Data tersebut kemudian dikonfirmasi oleh
Malik Hidayat sebagai pemangku adat desa Lendang Nangka.
Keberadaan bukti sejarah tersebut menunjukkan sejarah
panjang desa Lendang Nangka dalam konteks penyebaran Islam di desa Lendang
Nangka. Oleh karena itu nilai sejarah ini menjadi layak diperbincangkan di era
saat ini. Sebagaimana adagium yang lumrah kita ketahui, jangan lupakan jas
merah.
Dalam konteks refleksi sejarah, temuan ini akan sangat
penting untuk bahan refleksi para penerus generasi. Penulis melihat bahwa
bentang sejarah desa Lendang Nangka yang kaya ini layak dikemas dalam suatu
program kekinian yang berbasis penggalian nilai sejarah namun juga memiliki
dimensi pengembangan ekonomi yang menjanjikan. Keberadaan makam salah satu raja
selaparang ini bisa menjadi ikon untuk menghadirkan Lendang Nangka sebagai
salah satu Musium Geografis. Kerangka rencana ini sejalan dengan
apa yang dicita-citakan oleh Gubenur NTB sebelumnya yang ingin menjadikan Desa
Lendang Nangka sebagai desa adat kedua setelah Desa Sade Lombok Tengah ()
TGH. Muhammad Thohir sebagai sebagai salah satu tokoh
agama (tuan guru) menyebarkan sayap dakwahnya di desa Lendang nangka mulai
tahun 1880an. Jika melihat periode sejarah, angka tersebut menunjuk pada momen
sejarah kelam bangsa Indonesia yakni saat masih dijajah oleh kaum kolonial.
Kenyataan ini menjadi refleksi berharga bahwa peran TGH Muhammad Thohir dalam
proses merebut kemerdekaan terutama di wilayah Lombok Timur, pastinya
menunjukkan peran kongkritnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya nama
pahlawan yang berasal dari lendang Nangka Djumuhur Hakim yang sekaligus masuk
dalam jamaah TGH Muhammad Thohir.
Tak hanya terbatas pada perwujudan kemerdaan, peran TGH. Muhammad
Thohir berlanjut dalam proses pembenahan sosial masyarakat desa Lendang Nangka.
Kenyataan semakin mapannya masyarakat desa Lendang Nangka dalam konteks sosial
keagamaan menunjukkan peran TGH Muhammad Thohir dalam bidang tersebut. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa peran kaum santri dalam proses transformasi
sosial maupun keagamaan masyarakat desa lendang nangka sangat signifikan.
Refrensi desa Lendang Nangka sebagai desa sejarah tentu
akan berdampak positif terhadap perkembangan sosial kemasyarakat desa tersebut.
Dalam konteks saat ini nilai sejarah tersebut menemukan relevansinya. Saat ini
Lendang Nangka telah berkembang menjadi desa dengan aktivitas kegamaan yang
kental karena perkembangan pesat yang dialami salah satu pondok pesantren yang
terdapat di desa tersebut. Tercatat ribuan santri telah mondok di desa Lendang
Nangka. hal ini mendukung nilai keagamaan yang dikandung desa Lendang Nangka
untuk di demonstrasikan secara luas.
Selain
pengembangan adat yang menjadi khazanah kearifan lokal desa Lendang Nangka,
hadirnya pondok pesantren menjadi sumber daya utama dalam keberlangsungan
eksistensi desa baik dalam segi ekonomi, sosial dan agenda-agenda lainya.
Kesusksesan pondok pesantren itu terutama terletak pada pemakaian, pemilihan,
dan framing makna keagamaan yang bersumber dari ajaran (dokrin) islam
yang menjadi agama seluruh masyarakat desa lendang nangka. Kekuatan ajaran
islam itu kemudian mampu memobilisasi sumber daya secara besar-besaran yang dikerahkan sebagai agen-agen
pembangunan desa.
Dengan demikian, peran para tokoh agama dalam
mensinergikan agama, adat dan kehidupan sosial nampak nyata dalam konteks
pembangunan manusia desa Lendang Nangka yang lebih berkemajuan. Hingga saat ini
peran para tokoh agama dan adat terus membangun sinergi positif dalam rangka
menjaga tatanan masyarakat yang damai dan menyongsong masa depan kehidupan yang
lebih baik.
Post a Comment for "Sejarah Sosial Keagamaan Desa Lendang Nangka Lombok Timur"