Biografi Singkat TGH. Muhammad Thohir, Perintis Pondok Pesantren Thohir Yasin
Membincang Islam
di Lombok tidak terlepas dari peran para tuan guru (Jamiludin, 2009). Sebagai agen
sosial tuan guru menjadi elan vital pengembangan suatu komunitas masyarakat. Dalam
tradisi sosial masyarakat Lombok, tuan guru memiliki peran yang sangat besar,
karena tuan guru umumnya memiliki karisma yang kuat di tengah realitas
masyarakat Lombok.
Jamaludin,
menyebut bahwa tuan guru merupakan perpanjangan tangan dari wali songo yang
pernah melebarkan sayap dakwah di daerah Lombok. Artinya, tuan guru pada
awalnya adalah murid dari para wali songo. Sepeninggal wali songo, para
tuan guru meneruskan dan mengisi ruang dakwah yang ditinggalkan oleh para wali
songo.
Dewasa ini,
kajian seputar tuan guru melingkupi banyak hal terutama aspek pemikiran,
dakwah, dan peran sosialnya. Diantara nama-nama yang populer dalam dialektika
keilmuan dewasa ini adalah TGH Zainuddin Abdul Majid, TGH. Mutawali, TGH. Umar
Kelayu, TGH. Soleh, dan lain sebagainya. Secara periodik, beberapa tokoh yang
disebutkan diatas memiliki rentang waktu yang berbeda-beda. Setidaknya, sejauh
yang bisa direkam sejarah, Tuan Guru Umar Kelayu menjadi tuan guru senior yang
telah lama tinggal di Makkah, mulai dari menjadi murid hingga menjadi guru,
bahkan meninggalnya pun di kota Makkah.
Di tengah
belantara kajian tentang tuan guru yang banyak diperbincangkan, ada satu nama
yang jarang disebutkan, yakni nama TGH. Muhammad Thohir (lahir 1853). Secara periodik,
nama ini semasa dengan TGH. Umar Kelayu, hanya berbeda beberapa tahun.
Barangkali catatan yang sangat minim tentang TGH Muhammad Thohir, juga relasi
intelektualnya yang jarang diketahui, membuat catatan sejarah itu menjadi
buram. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba menghadirkan nama TGH Muhammad
Thohir dalam dialektika sejarah keislaman khususnya di Lombok.
Penulis menyadari,
keterbatasan sumber menjadi kendala akut yang tidak bisa dibantah. Namun tanpa
memulai untuk menuliskannya, nasib sejarah tuan guru ini akan cukup tragis. Bagi
mereka yang telah mendahului mungkin hilang dari sejarah tidak menjadi soal,
tapi bagi kita para generasi penerus, kehilangan sejarah adalah kecelakaan
fatal. Karena itulah penulis berinisiatif untuk menuliskan sejarah ini meski dengan
berbagai keterbatasan sumber yang ada.
Pertanyaan riset
yang akan dijawab dalam tulisan ini adalah pertama, bagaimana riwayat
intelektual TGH Muhammad Thohir dan relasinya dengan sesama tuan guru. Kedua,
bagaimana pengalaman TGH Muhammad Thohir dalam sudut pandang nilai-nilai
keagamaan?
Tulisan ini adalah riset sejarah dengan metode kualitatif dengan tekhnik pengumpulan data berupa kajian pustaka dan interview. Pengumpulan data dilakukan secara konsisten dengan menerapkan model wawancara mendalam dan pemaknaan intersubjektif. Analisis data menggunakan model deskriptif interpretatif.
Keilmuan
Tuan Guru Haji Muhammad Thohir
TGH. Muhammad
Thohir sejauh yang direkam sejarah memiliki kemapanan intelektual yang telah
diakui oleh banyak kalangan, terutama dari sesama tuan guru. Banyak dari
murid-murid beliau yang berlatar belakang tuan guru. Sebut saja misalnya TGH.
Soleh Kotaraja, TGH. Fadil Thohir Bodak, TGH. Hilmy Najamuddin Paok Motong. Kenyataan
tersebut menunjukkan kualitas intelektual dirinya.
Bidang keilmuan
yang ditekuni oleh TGH. Muhammad Thohir sebagaimana dikatakan TGH. Ismail
Thohir, putra beliau, bahwa ayahandanya merupakan ulama yang ahli di berbagai
bidang keilmuan: Fiqih, Tasawuf, Tafsir, Kaidah Bahasa Arab, bahkan beliau juga
seorang ekonom yang cukup lama berkecimpung dalam perniagaan. Hal ini juga
terbukti dari beberapa pengakuan murid-muridnya bahwa mereka menanyakan banyak
sekali persoalan keagamaan kepada TGH. Muhammad Thohir semasa hayat. Biasanya beliau
akan menjawab singkat dan tepat.
Namun demikian,
kecondongan bidang keilmuan yang ditekuni TGH. Muhammad Thohir baik secara
teoritis maupun praktis adalah bidang tasawuf. Dalam realitas kehidupan
sehari-hari beliau sangat akrab dengan nilai-nilai sufistik. Sangat banyak
riwayat yang menunjukkan hal ini. Almarhum TGH. Akmal Said semasa hayatnya
pernah menceritakan keseharian kehidupan beliau. Bahwa beliau selalu tampil
bijaksana dan bertindak seperti seorang yang sunyi keduniaannya. Dia selalu
nampak fakir di hadapan manusia. Hal itu karena dirinya tidak pernah
mengharapkan apapun dari mahluk. Pandangannya senantiasa menuju Sang Kholiq.
Kemapanan TGH.
Muhammad Thohir dalam bidang Tasawuf juga terlihat dari beberapa koleksi kitab
yang ditemukan di rumahnya. Sebagaimana pengakuan ahli waris, beliau banyak
meninggalkan kitab-kitab karangan para ulama, diantara kitab tasawuf yang
penulis temukan adalah kitab Sirul Salikin, yakni kitab tasawuf yang
membahas tahapan dalam dunia sufi, serta mekanisme yang harus dilewati oleh
seseorang yang ingin menempuh maqam keridoan ilahi.
Selain itu, ada
juga kitab Ihya’ Ulumuddin karangan Imam Al-Ghozali yang terkenal itu. Hingga
saat ini keturunan beliau, bahkan santri-santri beliau yang masih aktif hingga
saat ini terus mengkaji kitab fenomenal tersebut. Ini menunjukkan bahwa minat
dirinya terhadap tasawuf sangat tinggi. Disamping itu, melihat murid-murid
beliau, rerata mereka merupakan tuan guru yang sangat menekuni bidang keilmuan
tasawuf. Tuan Guru Soleh Kotaraja misalnya, terkenal dengan sikap tasawufnya. Demikian
pula sikap yang ditunjukkan muridnya dari Lendang Nangka, TGH. Akmal Said,
sangat menekankan nilai-nilai tasawuf dalam kehidupannya. Dari koleksi buku
yang penulis temukan juga TGH. Akmal Said banyak mengoleksi kitab-kitab taswuf
baik yang berbahasa Arab maupun bahasa Melayu.
Rekam sejarah
yang menunjukkan koleksi kitab beliau serta murid-murid beliau yang menekuni bidang
keilmuan tasawauf adalah diantara indikator yang menunjukkan minat dan
kemapanan dirinya dalam bidang ilmu tasawuf. Namun lebih dari itu, realitas
sosial yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, meneguhkan dirinya sebagai
seorang sufi. Dalam realitas yang bergerak, semua tingkah dan perjalanan
kehidupannya selalu mencerminkan nilai-nilai tasawuf.
Salah satu sikap
sufistik yang kental adalah cara dirinya menghadapi manusia (mahluk). Baginya semua
manusia itu sama. Beliau tidak memandang tinggi orang yang terlihat mapan dalam
keilmuan, dan juga tidak pernah memandang rendah orang yang terlihat minim
pengetahuan agama. Diceritakan dirinya pernah pada malam hari keluar untuk
mengambil wudhu. Saat melihat kendi air di depan halaman rumah habis, dirinya
melihat seseorang yang lewat dan memanggilnya guna meminta bantuan agar
diisikan air. Namun orang tersebut justru berlari. Ternyata orang tersebut
adalah seorang pencuri. Demikianlah, TGH. Muhammad Thohir tidak memiliki
perasangka buruk terhadap manusia. Dirinya melihat manusia apa adanya.
Kesederhanaan
TGH. Muhammad Thohir menegaskan nilai-nilai tasawuf yang hidup dalam laku
kehidupan dirinya. Sepanjang hidup beliau tidak pernah menolak hidangan yang
disuguhkan kepadanya. Selama itu halal dan baik, maka beliau akan selalu
menerimanya. Bahkan pengakuan dari salah satu putra beliau bahwa jika waktu
makan tiba beliau akan melihat meja makan, jika makanan ada maka beliau akan
memakannya, dan jika tidak ada maka beliau akan diam dan tidak menganggap hal
itu sebagai masalah.
Demikianlah diantara
informasi yang kami peroleh tentang kemapanan TGH. Muhammad Thohir dalam bidang
ilmu tasawuf. Hal ini pada gilirannya sebagaimana yang akan kita lihat pada
bahasan selanjutnya, membentuk karakter dakwah TGH. Muhammad Thohir yang
inklusif. Menembus batas-batas sosial, dan menebar Islam tanpa pandang bulu.
Jaringan
intelektual
Penelusuran penulis
tentang jaringan intelektual TGH. Muhammad Thohir seolah menemukan jalan buntu
karena begitu minimnya referensi. Dari usaha filologis yang penulis lakukan
dengan melacak karangan keilmuan yang mungkin pernah beliau tuliskan, di
hadapan para murid dan ahli waris hal itu menemukan sekat yang cukup tebal. Akhirnya
penulis melakukan pembacaan teks secara intersubjektif untuk menemukan garis
intelektual beliau terutama dalam hubungannya dengan tuan guru-tuan guru
lainnya.
Secara umum
intelektualitas TGH. Muhammad Thohir dibentuk dari pengajian lokal, yakni
dengan berguru kepada tuan guru-tuan guru di masanya. Salah satu tokoh masyhur
yang pernah beliau berguru kepadanya adalah TGH. Umar Kelayu. Sebagaimana yang
dicatat sejarah, TGH Umar Kelayu merupakan ulama’ Lombok yang telah menjadi
guru di Makkah. Banyak sekali murid-murid Tuan Guru Umar baik dari Timur Tengah
maupun Indonesia. Nama besar seperti TGKH. Zainuddin Abdul Majid tercatat
pernah berguru kepadanya. Hal ini menunjukkan bahwa Tuan Guru Umar Kelayu merupakan
tokoh penting dalam jaringan ulama Makkah-Lombok.
Melacak akar
historis untuk memformat jaringan intelektual TGH. Muhammad Thohir memang
menurut penulis cukup terjal karena minimnya data, namun dengan melakukan studi
komparatif dengan beberapa tuan guru yang sezaman, beberapa garis putus-putus
itu perlahan tersingkap. Ada hubungan yang cukup nyata yang menghubungkan garis
intelektual Tuan Guru Muhammad Thohir dengan TGH. Zainuddin Abdul Majid. Sebagaimana
rekaman sejarah yang disampaikan TGH Ismail Thohir saat wawancara, bahwa kedua
tokoh tersebut (TGH Zainuddin Abdul Majid dan TGH Muhammad Thohir) beberapa
kali bertemu.
Hal itulah yang
pada kemudian hari mendorong TGH Ismail Thohir untuk belajar ilmu agama ke desa
Pancor, tempat TGH Zainuddin Abdul Majid menetap dengan madrasahnya yang kelak
akan menjadi yang terbesar di provinsi NTB.
Jika kita tarik
lebih luas tentang garis korelasi jaringan intelektual Tuan Guru Muhammad
Thohir, maka ada beberapa nama yang
terekam sempat berjumpa dengan tuan guru tersebut. Misalnya Tuan Guru Rois
Sekarbela, Tuan Guru Soleh Bengkel, dan Tuan Guru Haji Musthofa Sekarbela. Demikian
pula beberapa tuan guru yang sempat belajar kepada beliau seperti Tuan Guru
Haji Soleh Kotaraja, Tuan Guru Paok Motong turut memberikan bagian-bagian yang
buram dari garis hubungan intelektualnya.
Secara umum, Tuan
Guru Haji Muhammad Thohir tersambung dalam jaringan ulama’ Ahlussunnah wal Jamaah.
Beberapa argumentasi bisa menjadi landasan ini. Pertama, fakta sejarah
yang menghubungkan tuan guru ini dengan Tuan Guru Haji Umar Kelayu yang mana
secara ideologis Tuan Guru Umar merupakan salah satu ulama ahlussunnah wal
jamaah yang cukup populer. Kedua, beberapa ulama’ yang sezaman dengan
beliau seperti TGH Zainuddin Abdul Majid, juga merupakan tokoh pemikir Islam
ahlussunnah wal jamaah. Ketiga, dari murid-murid yang pernah belajar
kepadanya, dapat dilihat benih-benih ahlussunnah wal jamaah.
TGH. Ismail
Thohir, anak sekaligus muridnya juga mengafirmasi hal tersebut. Sebagaimana
yang bisa kita saksikan, pemikiran dan model kurikulum yang dikembangkan di
pondok pesantren yang dipimpinnya saat ini sangat menekankan kurikulum berbasis
Islam Ahlussunnah wal Jamaah. TGH. Ismail Thohir sepanjang hayatnya sempat
menimba ilmu di berbagai pesantren yang ia lakukan berdasarkan rekomendasi dari
sang ayah yakni TGH Muhammad Thohir. Tercatat dari Pondok Pesantren Nahdlatul
Wathan di Pancor, hingga ke Solatiyah di Makkah, dirinya menuntut ilmu agama.
Meski menempuh studi tidak terlalu lama, tetapi peta historis tersebut
menunjukkan posisi kuat TGH Muhammad Thohir dalam dialektika keilmuan
ahlussunnah wal jamaah.
Catatan sejarah
perjalanan TGH Ismail Thohir yang pernah menuntut ilmu di kota Makkah ini
menjadi satu pijakan dasar untuk meletakkan TGH Muhammad Thohir dalam jaringan
intelektual ulama’ nusantara. Penulis mengasumsikan, dengan karakter TGH
Muhammad Thohir yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, besar kemungkinan masa
haji yang berlangsung cukup lama (6 bulan) dirinya gunakan untuk menimba ilmu
pengetahuan di Makkah.
Azyumardi Azra
menyebut bahwa para penuntut ilmu dari Indonesia yang datang ke Makkah sebagaian
besar mendalami fiqih Syafi’iyah dan teologi keagamaan Asy’ariyah. Menurutnya
hal ini karena konsep fiqih syafi’iyah relevan dengan situasi sosial keagamaan
yang berkembang di Indonesia. Oleh karena itu, TGH Muhammad Thohir dalam
orientasi keilmuannya cendrung berafiliasi ke manhaj ahlussunnah wal jamaah.
Jejak pergaulan
dan tradisi sosial
Beberapa
informan yang penulis hubungi rerata menghadirkan informasi yang serupa tentang
pergaulan dan tradisi sosial yang dikembangkan TGH. Muhammad Thohir. Dalam
rekaman sejarah yang mereka simpan, TGH. Muhammad Thohir dikenal sebagai tokoh
yang membumi, penuh dengan kerendahan hati. Pada setiap lokasi yang disinggahi
dirinya selalu menunjukkan sikap tawadhu’ dan disaat yang sama sangat
bersemangat dalam mendidik ummat.
Setidaknya ada 5
desa yang pernah disinggahi oleh tokoh ini sepanjang hidupnya, yakni Sekarbela,
Gunung Sari, Montong Gading, Sikur, dan terakhir di desa Lendang Nangka. Dari
berbagai informan yang ditemui dari desa-desa yang pernah dilalui, mereka
menilai bahwa TGH Muhammad Thohir adalah sosok yang pendiam namun penuh
karisma.
Meski pendiam,
penulis menilai bahwa TGH. Muhammad Thohir adalah sosok yang ramah sosial. Hal
ini dilihat dari perjalan dakwahnya yang cukup luas jika melihat peta perjalanan
dakwahnya. Dengan demikian TGH. Muhammad Thohir memilki sikap sepiritual dan
sosial yang mengagumkan. Inilah yang nantinya menjadikan tokoh ini berkarakter
khas. Pendiam namun menembus batas-batas sosial.
Jika ditelusuri
sejarah nasabiyahnya, TGH Muhammad Thohir pada dasarnya adalah keturunan orang
terpandang. Ibunya adalah satu turunan dengan TGH Mustafa Kamal Sekarbela,
tokoh agama yang sangat populer dan terpandang di desa Sekarbela. Nasab yang
besar nampaknya dalam pandangan TGH. Muhammad Thohir tidaklah terlalu penting
saat dihadapkan dengan tugas dakwah. Inilah yang barangkali mempengaruhi
pilihan hidupnya sehingga meninggalkan tempat kelahirannya dan menghabiskan
waktu untuk beribadah dan berdakwah untuk menegakkan kalimat Allah.
Sejarah yang
panjang tentang berbagai daerah yang disinggahi menegaskan TGH Muhammad Thohir
sejatinya merupakan sosok yang pandai bergaul, cepat mendapatkan hati
masyarakat yang disinggahi. Inilah sekilas yang kami tangkap dari perjumpaan
dengan H. Bangket Atas, dirinya mengatakan saat berjumpa dengan TGH Muhammad
Thohir selalu nampak aura keakraban, hal tersebut membuat mereka nyaman belajar
agama kepadanya.
Demikian pula
yang dikatakan Guru Aslah, salah satu muridnya yang saat ini tinggal di desa
Lendang Nangka, bahwa TGH Muhammad Thohir adalah orang yang sangat peduli
kepada sosialnya. Selalu terbuka atas apapun permintaan yang diajukan oleh
masyarakat desa Lendang Nangka saat itu. Kenyataan ini dengan demikian
memberikan simpul-simpul penilaian bahwa TGH. Muhammad Thohir adalah sosok yang
membumi, tidak ekslusif dalam status ketuanguruannya.
Karakter tuan
guru yang membumi ini, sepertinya merupakan karakter khas yang hanya bisa
ditemukan di sosok TGH Muhammad Thohir. Sebagaimana yang kita saksiskan, rerata
tuan guru pada saat itu, selalu memiliki majlis di tempat tertentu sebagai
basis gerakan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Berbeda dengan TGH Muhammad
Thohir, dirinya tidak memiliki majelis yang tetap. Dirinya selalu berkeliling
dari satu tempat ke tempat lain untuk memberikan pengajian. Metode inilah yang
sepertinya mendorong keberhasilannya mendapatkan posisi penting dari masyarakat
terutama wilayah-wilayah pedalaman saat itu seperti Tete Batu, Otak Bangket,
Pringgasela, dan lainnya.
Uraian diatas
menunjukkan bahwa pergaulan dan tradisi sosial yang dikembangkan TGH Muhammad
Thohir saat itu sangat melebur dengan sosialnya. Meskipun begitu, kenyataan
tersebut tidak melunturkan karakter dirinya yang penuh ketawaduan. Inilah yang
kemudian semakin menguatkan karisma yang dimilikinya. Oleh karena itu, TGH.
Muhammad Thohir selanjutnya tumbuh menjadi sosok tuan guru karismatik yang
mendapatkan posisi penting di hati masyarakat bahkan hingga saat ini. Kenyataan
tersebut menegaskan bahwa identitas tuan guru yang melekat pada dirinya tidak
berpengaruh terhadap sikap dirinya secara individu maupun sosial. Pada
gilirannya, sikap tersebut menjadi batu lompatan untuk keberhasilan dakwah
Islam yang dilakukannya. Pondok Pesantren Thohir Yasin adalah Pondok Pesantren
yang dirintisnya. Dirinya meninggal dunia pada tahun 1978. Hingga hari ini
makamnya selalu ramai diziarahi.
Penutup
TGH. Muhammad
Thohir merupakan tokoh agama yang Lahir di Sekarbela dan menetap dan menutup
usia di desa Lendang Nangka. Secara keilmuan tokoh ini memiliki spesialisasi di
bidang Tasawuf. Dalam jaringan keilmuan, TGH Muhammad Thohir mengembangkan
konsep ahlussunnah wal jamaah dalam bidang Fiqh, maupun teologis. Adapun
pergaulan dan tradisi sosial yang dikembangkan TGH. Muhammad Thohir selama
hidupnya, menunjukkan sikap sosial yang mapan sehingga memuluskan misi dakwah
yang diembannya.
Post a Comment for "Biografi Singkat TGH. Muhammad Thohir, Perintis Pondok Pesantren Thohir Yasin "