Pesan Lelaki Pemandi Jenazah
Kematian adalah
hal yang pasti terjadi, entah kapan dan dimana. Kematian dalam agama kita
adalah nasehat yang sangat berharga. Nabi mengingatkan, bahwa kematian adalah
peringatan yang penting untuk kita resapi. Setiap ada kematian Tuhan
mengirimkan pelajaran-pelajaran, maka orang-orang yang mengurus kematian adalah
orang-orang yang berkesempatan belajar tentang pengetahuan yang dikirmkan Tuhan
dalam suatu kematian.
Setidaknya
ketika kematian tiba, ada pesan sederhana yang meresap, bahwa setiap kita hanya
sedang menanti giliran. Kematian adalah terbuka di hadapan takdir manusia. Tak
ada yang mengerti kapan terjadinya. Oleh karenanya setiap ada kematian maka
orang yang beriman akan segera mengingat tentang ajal. Semakin seseorang ingat
ajalnya, maka tentu semakin dia akan mempersiapkan bekalnya. Seorang Filsuf
pernah berkata, “orang-orang yang memiliki rencana untuk mati cendrung akan menjalani
hidup yang berkualitas.” Saya setuju dengan pernyataan ini.
Ada seorang yang saya kenal, yaitu lelaki yang selalu bersila di dalam
majelis kematian. Iya, Hampir di setiap ada kematian, namanya selalu disebut.
Dia akan selalu diminta hadir untuk mengurus jenazah. Ustaz Aslah namanya. Dia
telah lama dikenal di desa ini sebagai tokoh masyarakat yang benyak terlibat
dalam pengurusan jenazah muslim. Barangkali karena tingkat pengetahuan
keagamaan masyarakat desa tersebut yang masih minim yang membuat jasanya terus
digunakan. Begitulah rutinitasnya di setiap waktu, saat pesan kematian menyebar
melalui speaker masjid.
Tapi kemarin
hari, saat saya berada di hadapan jenazah yang telah cukup banyak termakan
usia, mata saya meneropong jauh menggapai jengkal-jengkal sejarah yang berada
di balik tubuh itu. Terbayang bahwa setiap ada kematian, Ustaz Aslah-lah yang
seharusnnya berada di hadapan jenazah itu. Namun saya tersentak, kini dialah
yang berada di pembaringan, menjadi jenazah yang dimandikan. Iya, lelaki yang
selalu berjalan di garis kematian itu kita sudah purna menuntaskan usia
memasuki gerbang kematian yang telah lama ia intip. Lelaki itu sudah cukup lama
bercengkrama dengan pintu kematian, mungkin membayangkan perihal tempatnya
setelah kehidupan nanti. Kini semua itu telah terjawab, dia tutup episode
memandikan jenazah, dengan episode terakhir sebagai jenazah yang dimandikan.
Kini dialah yang
dibacakan talqin, dimana pada masa hayatnya dialah yang sering
membacakan mayyit. Kini dialah yang diikomatkan untuk sholat Jenazah, dimana
dahulu suaranyalah yang khas mengiringi sholat jenazah.
Terakhir sebelum
kepergiannya memasuki gerbang kematian, dia menghadiahi kami kofiah, pesannya
selalu ingat sholat dan selalu menguatkan tali ukhuwat. Setelah itu tak ada hal
lain yang saya ingat. Semoga Bapak masuk syurga tanpa hisab, senantiasa dalam
selimut rahmat.
Aaminn ya allah, beliau adalah wasilah ilmu tajwid yg selalu melekat pada santri santriwatinya... semoga tergolong jariyah kepada alm
ReplyDeleteAmiin YRA...
DeleteAminn, semoga mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya... Amiin.
ReplyDeleteSemoga Allah tempatkan bapak bersama golongan orang2 sholih di sisiNya. Ukhuwah teramat berharga baginya. Dg bangga beliau terus memberi alarm bagaimana harmonisnya beliau bersaudara dg 2 org kakak dan seorang adik.
ReplyDeleteAllahummagfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu
Amiin,, YRA.. Itulah yang harus kita wariskan dan kita amalkan di sisa kehidupan ini...
DeleteAamiiin yaa robbal alamin 🤲🤲🤲
ReplyDeleteTulisan yg sangat menggambarkan pribadi beliau yg selalu siaga ketika diminta pertolongan, terutama apabila ada musibah kematian �� insyaallah beliau sedang menerima buah manis amalnya
ReplyDeleteAmiin, ya Robbal Alamiin..
DeleteSemoga Allah menempatkan guru kita tercinta ditempat yang terbaik. Amiin
ReplyDeleteAmiin YRA...
DeleteAmin ya rbbl alaminn
ReplyDelete