Literasi Matang, Pemuda Mapan
Problem kepemudaan
masih banyak yang berkelindan di kehidupan saat ini. Mulai dari kenakalan
remaja, kriminalitas, pengangguran, dan lainnya, serta dampak negatif
perkembangan teknologi yang memenjara pemuda dalam individualisme yang
mengkhawatirkan. Kenyataan ini menjadi ancaman serius mengingat posisi kaum
muda sebagai agen penting dalam dinamika kehidupan manusia. Agent of change
merupakan sebutan untuk kaum menengah ini, yang artinya fungsinya dalam
struktural masyarakat sangat vital. Tersangkutnya pemuda dalam berbagai ranjau
masalah diatas mendorong kita untuk menyelamatkan laju mereka.
Selain probelm
diatas, salah satu masalah yang tak kalah serius adalah masalah pernikahan
dini. Catatan dari BKKBN untuk angka pernikahan dini khususnya di Lombok,
menunjukkan bahwa angka pernikahan dini berbanding lurus dengan angka
perceraian dan kekerasan dalam rumah tingga. Berdasar pada riset yang pernah
penulis lakukan, aspek minimnya nilai-nilai penididikan menjadi faktor utama
tak bertahannya pasangan nikah dini dalam gelombang kehidupan. Dengan demikian
pernikahan dini juga menjadi problem serius yang harus segera ditangani.
Minimnya lapangan
pekerjaan juga ikut memberikan latar kelam masa depan generasi muda. Akhirnya banyak
kelompok muda yang “membuang diri” ke Malaysia untuk menjadi TKI. Kenyataan ini
selanjutnya menyisakan problem yang tak kalah serius, ancaman perceraian,
perselingkuhan, terbengkalainya keluarga, segera menjadi konsekuensi yang
mengiringi kepergian seseorang ke luar negeri untuk menjadi TKI. Jika kenyataan
ini terus berlangsung, maka era bonus demografi 2030 mendatang akan menjadi
ancaman, alih-alih menjadi kesempatan!
Sepertimnya problem
kepemudaan tidak akan pernah bisa dengan mudah diselesaikan, karena
kompleksitas yang tinggi, namun perjalanan ribuan mil tetap harus dimulai dari
satu lagkah. oleh karena itu menurut penulis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menyongsong generasi muda yang lebih baik dan bisa
diharapkan mengisi pos-pos penting di masa depan.
Riset panjang
yang penulis lakukan sendiri, menunjukkan bahwa jauhnya pemuda dari literasi
menjadi faktor besar yang membayangi buramnya laju masa depan kaum muda. Penting
bagi kaum muda untuk menggunakan sayap literasi untuk mengepakkan mimpi-mimpi
mereka. Beberapa hal perlu dilakukan: Pertama,
sebagai persiapan untuk mencetak pemuda yang berkualtias terutama dalam
menyambut era bonus demografi 2030 mendatang, maka perlu dipersiapkan pemuda
sebagai amunisi menghadapi tantangan dunia global yang semakin kompleks. Untuk mewujudkan
ini gerakan literasi pemuda sangat urgen dan penting. Tanpa literasi, laju
pengembangan bangsa ini akan tersendat. Daoed Joesoep menyebut bahwa demokrasi
hanya akan tumbuh pada masyarakat melek literasi. Artinya jika bangsa yang
menganut sistem demokrasi ini tidak menjadikan literasi sebagai landasan, maka
bangunan ini tidak akan kokoh.
Kedua, untuk
menjalankan poin pertama itu perlu dilakukan kampanye literasi yang masif. Dalam
hal ini aspek teologis perlu dijadikan ruang utama sebagai basis demontrasi.
Hal ini mengingat bangsa indonesi sebagai bangsa yang terkenal dengan sistem
keagamaannya. Artinya, mendekatkan masyarakat dengan literasi melalui gerbang
agama, diharapkan mampu memberikan efektifitas terhadap demonstrasi yang
dilakukan. Dalam hal ini kajian terhadap beberapa ayat al-Quran perlu dilakukan
untuk mendapatkan konsep landasan teologis prihal gerakan literasi.
Ketiga, pemuda
perlu menjadi penggerak, pioner, relawan dalam mengembangkan seluruh bidang
kehidupan. Dalam bidang pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan lain
sebagainya, pemuda harus mengambil perannya. Energi pemuda dalam hal ini sangat
dibutuhkan. Saat ini kita menghadapi persoalan serius dmana kaum muda banyak
yang meninggalkan ruang-ruang tertentu karena gengsi atau karena minimnya ilmu
pengetahuan tentang hal itu. Dalam dunia pertanian misalnya, kaum muda banyak
meninggalkan bidang ini karena dianggap tidak prospek dan terkesan kolot.
padahal jika kaum muda memiliki literasi yang kuat, maka inovasi-inovasi dalam
bidang tersebut bisa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas. telah banyak
contoh petani-petani muda yang mengambil posisi ini. Adhitya misalnya menggagas
gerakan Aku Petani Indonesia untuk mendemonstrasikan profesi petani dalam citra
yang lebih elegan.
Bidang pertanian
hanyalah salah satu. kita bisa aktifkan bidang-bidang lain yang saat ini masih
sering dipandang dengan citra yang negatif. Kelautan, perkebunan, kerajinan,
dan lainnya bisa dimaksimalkan juga melalui pembekalan literasi yang kuat. Dengan
literasi yang kuat, para pemuda juga bisa membangun kompetensi sampingan berupa
menulis sebagai opsi keran finansial di tengah ketidakjelasan masa depan.
Akhirnya, kita
berharap bahwa pemuda mampu mengakhiri masalah-masalah sosial kemasyarakat
dengan gerakan literasi yang massif, juga mampu mengisi ruang-ruang kehidupan
untuk memberikan warna baru dan meningkatkan taraf hidup mereka baik secara
intelektual maupun finansial. ketika literasi matang maka pemuda akan menjadi
mapan!
Post a Comment for "Literasi Matang, Pemuda Mapan"