Contoh Penulisan History Pasangan Muda Inspiratif Kemenpora
Saya adalah salah satu peserta Lomba Pasangan Muda Inspiratif Kemenpora tahun 2020. Nama saya Muhamad War'i dan Pasangan saya Finayatul Maula. Alhamdulillah kami berhasil masuk 5 besar dan diundang ke Jakarta pada tanggal 20-22 Oktober 2020 untuk mengikuti Grand Final dan ditayangkan di TVRI. Pada acara puncak tersebut kami mendapat jurara 3.
Dalam kesempatan ini saya akan berbagi model penulisan history pasangan muda Inspiratif. Salah satu persyaratan untuk mengikuti Lomba Pasangan Muda Inspiratif Kemenpora. Berikut tulisannya:
Menggapai dan Menumbuhkan Keberkahan dalam
Berkeluarga
Saya menikah 2015 silam pada usia 24 tahun. Saat itu
saya masih berstatus mahasiswa pascasarjana di salah satu kampus di Yogyakarta.
Pernikahan tersebut sejatinya tidak pernah saya rencanakan dengan matang,
semuanya mengalir begitu saja. Tapi meski mengalir sendiri, lantunan pernikahan
saya tidak amburadul. Saya mencoba menatanya sebaik dan seindah mungkin.
Masa awal pernikahan saya lewati dengan ujian LDR.
Saya kuliah di Yogyakarta dan istri saya juga melanjutkan studi pascasarjana di
Malang. 350 km, adalah jarak yang tidak sedikit untuk mencambuk rindu di dada
kami. Tetapi begitulah, kami menjalani pernikahan dengan sama-sama saling
memotifasi: menuntaskan proses akademik dan menggapai mimpi-mimpi rumah
tangga kami.
Suasana LDR dengan rasa rindu yang selalu
membuncah membuat saya bertekad untuk segera menyelesaikan kuliah saya agar
segera memuarakan rindu dan meniti kehidupan rumah tangga dengan lebih terarah.
Namun demikian, usaha untuk fokus menyelesaikan akademik berhadapan dengan
kondisi dimana saya harus tetap mendapatkan penghasilan untuk kehidupan
keluarga. Sambil kuliah, saya mengisi waktu senggang dengan berjualan roti
maryam dan susu di salah satu pojokan kampus ternama di Yogyakarta.
Alhamdulillah usaha tersebut cukup lancar dan menjadi sumber
penghasilan saya selain sebagai penulis lepas di koran dan jurnal. Iya, saya
tetap menjadikan hobi menulis sebagai bagian penting dalam eksistensi saya
secara intelektual maupun finansial. Terkadang ada rasa lelah berhadapan dengan
tulisan karena hasil yang tak kunjung memuaskan, tetapi karena setiap kata yang
terangkai adalah proses untuk menjadi penulis yang lebih berkualitas, saya
tetap konsisten di jalur tersebut.
Menulis dan berjualan kemudian menjadi dua hal
yang darinya saya menyambung kuliah dan hidup saya, bahkan keluarga saya. Dengan
keduanya Tuhan menunjukkan kasih sayang atas setiap doa yang terpanjat pada
sepertiga malam.
Di seberang sana, istri saya juga berjuang. Disamping
sibuk menyelesaikan studi Pascasarjananya, dia juga sibuk bekerja sebagai guru
privat di salah satu lembaga belajar di kota Malang. Memang benar, berjuang
bersama itu sangat nikmat. Kami jadi bisa berbagi peran dengan indah dan
berbuah. Kami menyadari betul bahwa hubungan kehidupan berkeluarga tidak boleh
terjalin dalam hubungan patronase yang timpang, tetapi harus dibangun diatas
keseimbangan-keseimbangan.
Alhamdulillah, waktu strata satu, saya dan istri berada di satu
organisasi yang mana di dalam organisasi tersebut kami banyak melakukan kajian,
penelitian dan pengembangan seputar isu-isu sosial dan keagamaan termasuk
seputar paradigma gender. Pengetahuan yang kami peroleh dari ruang-ruang
diskusi tersebut membangun paradigma tentang gender yang kami miliki lebih
inklusif. Berbagi ruang dan kekuatan (power) adalah salah satu prinsip
yang kami terapkan dalam hubungan berkeluarga.
Setelah selesai di program Pascasarjana, kami
akhirnya dipertemukan pada garis waktu yang telah dituliskan. Kami kemudian
tinggal di kota Sidorajo di rumah istri saya. Namun, karena berbagai ujian
terutama masalah finansial, kami memutuskan hijrah ke pulau Lombok, tempat
tinggal saya.
Alhamdulillah, di Lombok kami mulai menyatukan keping-keping kesuksesan. Saya mengajar di salah satu kampus swasta sebagai dosen, sementra istri saya fokus mengajar anak-anak pedesaan sembari menekuni usaha mutiara Lombok dengan target pasar masyarakat Jawa. Fokus karir ini kami tentukan setelah melakukan diskusi panjang, bahwa kami harus berbagi pengetahuan tidak hanya kepada calon-calon sarjana (di kampus), tetapi juga kepada mereka yang tidak bisa mengakses pendidikan formal yang cendrung mahal.
Dengan prinsip kesadaran pada pengabdian sosial
itu, istri saya fokus untuk mendidik anak-anak pedesaan dengan mengenalkan
aksara dan keterampilan. Sementara saya fokus mengajar para mahasiswa yang di
masa depan diharapkan menjadi guru-guru di pedesaan. Sinergi kedua hal tersebut
berpuncak pada kesalehan intelektual dan sosial yang harus diseimbangkan.
Keberkahan pada dua pengabdian tersebut, usaha
mutiara Lombok yang digagas istri saya tumbuh pesat. Omsetnya semakin hari semakin meningkat. Hal tersebut
ikut mengambil andil dalam proses perkembangan pendidikan yang ditekuninya. Akhirnya
dengan semakin banyaknya peserta didik yang ikut belajar di rumah, kami
mendirikan taman baca, tempat belajar agama, serta ruang belajar untuk membantu
pendidikan formal mereka. Alhamdulillah, dalam satu bulan berdirinya,
lembaga kami telah menampung 80 peserta didik. Semuanya mereka belajar tanpa
dipungut biaya.
Kami berkomitmen untuk mendirikan lembaga
pendidikan yang hanya bermodal semangat belajar, tidak peduli ada atau tidak
ada uang. Inilah yang kemudian mengantarkan kami pada pengabdian pendidikan dan
sosial yang tumbuh secara bersamaan.
Di tengah pengabdian tersebut, kami juga tidak
lupa pada proses pendidikan anak kami yang sudah berusia 3 tahun saat itu, oleh
karenanya kehidupan rumah tangga kami juga tetap perlu diperhatikan. Kami berbagi
waktu untuk terus membersamai anak. Bagi kami, masa keemasan anak masih
berlangsung dalam usia tersebut sehingga sangat perlu dikawal.
Sejauh ini di tengah kesibukan mendidik dan berusaha, kami tidak pernah merekrut
asisten rumah tangga, kami hanya menjalankan secara mandiri. Berbagi tugas
adalah kunci penting dalam menstabilkan laju roda rumah tangga. Istri saya
mengerti kapan jadwal mengajar saya, demikian pula saya juga memahami kapan
jadwal pekerjaan istri saya. Hal ini mendorong nuansa harmonis dalam keluarga
kami.
Saya melihat, hubungan keluarga tidak boleh dibangun
dalam hubungan bos-karyawan, tetapi harus dibangun dalam prinsip
kesalingmengertian. Seorang suami tidak boleh egois merasa sebagai tulang
punggung mata pencaharian sehingga bertindak semaunya terhadap istri dan
anak-anak. Demikian pula istri tidak boleh terlampau percaya diri untuk
melakukan sesuatu sehingga lupa berkordinasi dengan suami. Ini penting untuk
sama-sama dipahami.
Perlu juga menjadi catatan, dalam proses
menjalankan usaha mutiaranya, istri dengan inisiatifnya sendiri memberikan
tambahan untuk uang belanja keluarga. Meskipun sejatinya uang yang saya berikan
sudah cukup untuk kebutuhan kami bertiga. Di sisi lain, saya menegaskan kepada
istri saya, bahwa uang pengahasilannya adalah untuk dirinya semata, saya tidak
ikut campur. Inilah yang terus memupuk kehidupan berkeluarga kami menjadi
keluarga yang harmonis, meski tak menutup kemungkinan senantiasa ada khilaf
yang tak bisa dibendung untuk hadir.
Konflik keluarga pastilah ada, tetapi sebagai kaum
terdidik kita harus adil sejak dalam pikiran. Sebagaimana dikatakan Pramoedya,
bahwa memang keadilan sejak di dalam hati akan mendorong seseorang berlaku adil
di kehidupan nyata. Oleh karena itu dengan menyadari status pendidikan, serta
dengan menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan, kami berhasil membangun
kehidupan keluarga yang minim konflik.
Beberapa konflik rumah tangga yang sering muncul
terutama di dalam kehidupan berkeluarga kawula muda adalah kekerasan dalam
rumah tangga, masalah pengasuhan anak, serta pendidikan parenting terutama bagi
ayah-ibu yang masih tergolong muda.
Dalam riset yang penulis lakukan sendiri yang
waktu itu dibiayai Kementrian Agama (2016), penulis menemukan beberapa poin
penting tentang kehidupan berumah tangga, terutama yang terjadi di pulau
Lombok. Beberapa masalah yang sudah disebutkan diatas menjadi catatan dalam
penelitian tersebut. Menurut saya, lahirnya konflik-konflik tersebut bermuara
pada minimnya kualitas pendidikan. Para orang tua muda tidak cukup mapan untuk
menghadapi gejolak kehidupan berumah tangga yang pasti akan ada di dalamnya.
Ketika pasangan muda tak memiliki bekal yang cukup
untuk meminimalisir konflik, maka akan terjadi pertengkaran dalam rumah tangga,
yang pada dilirannya akan melahirkan kekerasan (KDRT), ketika KDRT terjadi maka
hubungan orang tua dan anak akan bermasalah. Ketika hubungan masing-masing
individu dalam suatu keluarga sudah tidak stabil, maka akan terjadi
konflik-konflik lain yang lebih besar. Oleh karena itu perlu para pemuda
memiliki wawasan berumah tangga yang matang agar mampu meminimalisir konflik
saat mereka berkeluarga.
Beberapa hal bisa dilakukan untuk mencegah
beberapa konflik keluarga diatas: Pertama, para pasangan muda harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang kehidupan berkeluarga terutama tentang
hak-hak pasangan untuk dipahami oleh satu sama lain. Kedua, penting
sekali pendidikan parenting untuk pasangan muda agar mampu menolong mereka
dalam berbagai kasus pengasuhan anak yang pastinya akan mereka temui dalam
kehidupan berkeluarga. Ketiga, mengintegrasikan peran tokoh agama, adat,
dan masyarakat untuk mensosialisasikan nilai-nilai penting dalam hubungan
berkeluarga.
Berbagai prinsip dan wawasan berkeluarga tersebut
selalu kami hidupkan dalam keluarga kecil kami. Saya sebagai seorang yang
diperayai oleh masyarakat menjadi khotib dan penceramah di desa tersebut,
juga seringkali menyampaikan materi-materi itu, guna mendorong perbaikan
kualitas masyarakat Lombok yang menurut saya masih darurat pendidikan
parenting.
Saat ini, saya dan istri saya masih konsisten
dalam menjalankan model berkeluarga sebagaimana di muka, dan alhamdulillah,
keberkahan-keberkahan hidup semakin terasa menerpa. Saya semakin dipermudah
dalam karir akademik saya, dan istri saya juga dipermudah dalam usaha
mutiaranya, bahkan sudah membuka lapangan pekerjaan bagi beberapa tetangga
sebagai pengrajin mutiara. Bersamaan dengan itu lembaga pendidikan gratis yang
kami dirikan juga semakin tumbuh pesat.
Post a Comment for "Contoh Penulisan History Pasangan Muda Inspiratif Kemenpora"