Thohir Yasin dalam Semangat Berargama dan Bernegara
Nama TGH Ismail Thohir belakangan mencuat
seiring semakin populernya pondok pesantren Thohir Yasin yang dipimpinnya. Popularitas
pesantren Thohir Yasin tidak terlepas dari tangan dingin sang pendiri.
Belakangan Thohir Yasin menjadi perbincangan banyak pihak melalui berbagai
media massa. Hal tersebut menjadi magnet yang menarik banyak peserta didik
untuk berproses di dalamnya. Nama Thohir Yasin sudah tidak lagi berhenti pada
isu-isu lokal, bahkan tumbuh dalam wacana bernegara secara nasional.
Relasi nasional yang tumbuh dari hubungan
silaturrahmi berbagai tokoh nasional ke pondok pesantren Thohir Yasin membawa
TGH Ismail Thohir memiliki peran signifikan dalam laju kebijakan nasional.
sebut saja, Bapak Firli, Ketua KPK saat ini, pernah beberapa kali silaturrahmi
ke Pesantren Thohir Yasin. Selain itu, Bapak Furi Bambang Sunarwibowo,
sekretasi Badan Intelejen Negara (BIN) juga cukup sering berkunjung. Bahkan nama
Furi Bambang, diabadikan dalam salah satu gedung belajar yang ada di pesantren
Thohir Yasin sebagai apresiasi pondok atas sumbangsih dirinya yang cukup besar
ke pesantren.
Ada banyak hal yang dibincangkan dalam setiap
hubungan silaturrahmi yang dilakukan oleh para tokoh nasional tersebut. Hal ini
menarik untuk didiskusikan. Tulisan ini akan mengulas peran TGH. Ismail Thohir dalam
membangun karakter kebangsaan yang lahir dari siakp beliau yang wellcome
terhadap semua tokoh nasional. Tidak jarang, para tokoh tersebut
mengkonsultasikan berbagai persoalan yang mereka hadapi sehingga beberapa
solusi yang diberikan TGH. Ismail Thohir menjadi kebijakan nasional.
Dalam berbagai perbincangan, dirinya selalu
menekankan pentingnya mengakomodasi semua kepentingan untuk dibalut dalam
nilai-nilai keagamaan. Dalam hal politik misalnya, beliau tidak pernah
menentukan sikap politiknya secara demonstratif, namun selalu terlihat netral. Siapapun
yang datang ke pesantren Thohir Yasin, selalu diterima. Tidak peduli latar
ideologi keagamaan atau partai politiknya. Inilah yang membuat semua kalangan
cendrung merasa nyaman di pesantren ini.
Tindakan sosial TGH Ismail Thohir ini
menunjukkan sikap spiritual yang mapan. Dirinya tidak pernah merasa berbeda
dengan orang lain dalam hal kualitas. Setiap orang yang datang selalu disambut
dengan hangat. Beliau selalu mengatakan bahwa “siapapun dari golongan apapun,
partai politik manapun, boleh datang kesini”. Itulah yang selalu dikatakannya
dalam beberapa kesempatan.
Prinsip hidup semacam itu dirinya tuangkan
dalam semboyan pondok pesantren yang selalu didengungkan, “Tidak kemana-mana
tetapi ada dimana-mana”. semboyan tersebut terorbit dalam semua lini kehidupan,
baik pendidikan, kebudayaan, politik dan lain sebagainya. Setidaknya ada
beberapa poin yang bisa disimpulkan dari interaksi sosial TGH Ismail Thohir
dengan beberapa tokoh daerah ataupun nasional yang berkunjung ke pesantren
Thohir Yasin.
Pertama, konsultasi spiritual. Tidak satupun
dari sekian tokoh yang berkunjung ke pesantren Thohir Yasin yang tidak membincang
nilai spiritualitas. Mereka selalu meminta nasihat kepada Tuan Guru, untuk
bekal spiritual mereka menjalani kehidupan di ibu kota ataupun daerah lainnya. Peran
ini menurut penulis sangat signifikan dalam mempengaruhi laku para peziarah
yang berkunjung. Furi Bambang, misalnya, tokoh yang saat ini menjabat sebagai
sekretaris BIN, selalu berkonsultasi tentang problem spiritualitas guna
meneguhkan dirinya dalam menjalankan tugas kenegaraannya. Bapak Furi selalu
intens berkomunikasi dengan Tuan Guru, baik secara langsung dengan berkunjung
ke pondok pesantren, ataupun dengan menghubungi lewat sambungan telepon.
Kedua, membangun semangat mencintai tanah air.
Dalam banyak kesempatan, termasuk saat ada tamu-tamu dari pusat atau
daerah-daerah lain selalu Tuan Guru menekankan pentingnya mencintai tanah air. Ditegaskan
bahwa mencintai tanah air bagian dari iman. “hubbul wathon minal iman” demikian
adagium populer yang juga selalu dia dengungkan. Mencintai tanah air bisa
dilakukan dengan cara yang paling dekat dengan profesi atau pekerjaan
seseorang. Sebagai seorang guru, mencintai tanah air bisa dilakukan dengan
berlaku profesional dalam mengajar. Sebagai seorang pejabat mencintai tanah air
bisa dilakukan dengan berlaku adil dan profesional dalam pekerjaan. Dan sebagai
seorang santri, mencintai tanah air bisa dilakukan dengan senantiasa mendoakan
bangsa ini dalam setiap ritual keagamaan.
Kecintaan terhadap tanah air merupakan salah
satu inti pesan yang selalu ditekankan oleh TGH. Ismail Thohir. Hal ini banyak
terbersit dari beberapa arahan beliau secara langsung terhadap para pengelola
pondok. Misalnya dengan memasang bendera merah putih di tembok depan pesantren.
Selain itu, santri juga diperintahkan untuk melakukan apel pengibaran bendera
pada tanggal bersejarah bangsa Indonesia yakni tanggal 17 Agustus.
Termasuk salah satu bentuk kecintaan terhadap
tanah air adalah menghormati pemimpin sebagai roda penggerak bangsa. Dalam hal
ini, dirinya selalu memberikan keteladanan dalam hal menghormati dan mencintai
pemimpin. Dalam setiap pemilihan umum misalnya, dirinya selalu menekankan
kebebasan memilih terhadap para jamaah dengan catatan tidak perlu menjelekkan
calon yang tidak dipilih. “silahkan pilih sesuai nurani, tanpa menciderai
hakikat hati” itulah yang selalu disampaikan dalam momen pesta demokrasi.
Tuan Guru Haji Ismail Thohir sepertinya
menyadari betul, betapa sesungguhnya momen politik sering kali melahirkan sekat
sosial yang mengancam kesatuan dan persatuan bangsa. Hal tersebut disebabkan
oleh perbedaan pilihan politik. Oleh karena itu, dalam setiap momen politik,
tuan guru, selalu memilih untuk tidak mendemonstrasikan sikap politiknya. Hal tersebut
bertujuan untuk mengakomodasi seluruh lapisan masyarakat agar senantiasa dalam
koridor keagamaan mereka. Menurutnya, ketika para tuan guru berpolitik, maka
harus ada golongan tuan guru lain yang membatasi diri dari garis politik
tersebut, agar masyarakat yang tidak menentukan sikap politiknya memiliki wadah
untuk mengasosiasikan diri mereka.
Sikap politik ini selanjutnya melahirkan
pandangan yang positif terhadap pesantren Thohir Yasin. Banyak orang kemudian
tertarik untuk ikut mengaji di pondok pesantren Thohir Yasin dengan hadir di
majelis-majelis pondok, atau dengan menyekolahkan anak maupun keluarga mereka. Hingga
saat ini grafik peningkatan jumlah santri di pesantren Thohir Yasin terus
menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Selain sikap politik, semboyan tidak
kemana-mana tetapi ada dimana-mana termanifestasi dalam ruang sosial secara
umum. Dalam mengambil kebijakan, Tuan Guru selalu mengedepankan profesionalitas,
tidak melihat warna berupa kelompok, ideologi dan semacamnya. Bagi beliau
selama ilmunya bermanfaat, maka tidak perlu melihat golongan atau ideologi yang
melatarinya.
Pada prinsipnya, Tuan Guru Haji Ismail Thohir ingin
menegakkan agama dan negara dalam satu nafas perjuangan. Prinsip ini selalu
didengungkan dalam setiap kesempatan baik formal maupun kultural. Sikap ini
selanjutnya menegaskan peran Thohir Yasin dalam membangun semangat beragama dan
berbagsa. Dua hal yang belakangan harus disinergikan untuk mewujudkan kehidupan
berbangsa yang harmoni.
oleh: Ahmad Patoni
Post a Comment for "Thohir Yasin dalam Semangat Berargama dan Bernegara "