Sang Legenda Amal Itu Telah Pergi
Sejak kecil saya sudah mengenal Bapak Haji
Sayuti Akhyar. Saat itu saya mengenal beliau sebagai orang yang luar biasa
dengan selera humor yang tinggi. Melalui program penggalangan dana masjid yang
disebut ‘donatur mini’ dirinya menggalang dana dengan ekspresi lucu melalui
suara TOA di masjid dengan membidik anak-anak sebagai pelaku amal. Metode
ini sungguh menarik karena disamping diajarkan untuk beramal, anak-anak juga
mendapatkan pendidikan mental.
Jika anda pernah berpartisipasi dalam program
donatur mini itu, maka anda mungkin saat ini merasakan betapa besar pengaruhnya
terhadap kehidupan beragama dan bersosial bahkan berkarir dewasa ini. Saya pribadi
merasakannya. Dengan pernah memegang pelantang untuk menunjukkan identitas,
kepercayaan diri saya terbangun dengan pasti. Terima kasih Bapak Haji Sayuti Akhyar.
Tapi hari ini, kabar duka dari suara speaker
masjid yang dulu suaranya menggema memanggil anak-anak, disebutlah nama beliau
dalam balutan haru. Disampaikan dalam pengumuman verbal itu tentang perginya
sang legenda amal itu. Iya, saya menilai beliau adalah sang legenda amal. Dengan
konsistensinya menggalang dana melalui donatur mini, pembangunan masjid besar
yang ada di desa Lendang Nangka mampu dituntaskan dalam tempo yang cukup
singkat.
Belakangan, saya melihat garis sejarah
kehidupan beliau, ternyata jauh sebelum kami mengenal eksistensi beliau melalui
donatur mini, beliau sudah aktif di lembaga pendidikan pesantren di desa tempat
tinggalnya, juga di berbagai sekolah di Lombok Timur. Di Pondok Pesantren Thohir
Yasin, beliau memberikan pengabdiannya, mengawal masa-masa sulit pesantren
tersebut menancapkan eksistensinya. Keberadaan Bapak Haji Sayuti dalam arus
sejarah pondok pesantren tersebut akan terus di kenang. Melalui gambar-gambar
yang abadi, kita melihat peran penting beliau.
Tidak hanya di lembaga pendidikan tersebut,
dahulu di setiap bulan Ramadhan beliau selalu membuat acara penghargaan bagi
pemuda-pemuda yang rajin tadarus Al-Quran di Masjid maupun di Musholla-musholla.
Dirinya melihat bahwa pemuda memiliki potensi besar untuk mengembangkan diri
mereka, tentunya dengan dukungan dari kaum tua. Saya melihat beliau sebagai
seorang aktivis sosial yang sangat peduli dengan kaum muda. Dengan program
sederhana tersebut, beliau berhasil mendongkrak semangat mengaji anak-anak
muda.
Hari ini, pada usia yang ke 78 tahun beliau
meninggalkan alam ini, berjalan menuju singgahsana Tuhannya. Ada selaksa kagum
dan bangga mengalir dalam suasana haru yang memilukan. Ada cita-cita besar yang
terus hidup dalam dada setiap pemuda yang pernah di bimbingnya. Melalui masjid dan
pondok pesantren yang berdiri megah di desa Lendang Nangka, kita menyaksikan
jasa-jasanya yang hidup. Sungguh akan menjadi jariyah dan penolong dirinya
dalam gelapnya alam kubur.
Selain itu, lembaga-lembaga sosial yang dirinya
dulu pernah berkontribusi masih terus eksis sebagai tabungan amal dirinya di
kehidupan keduanya nanti. Dan saya berdecap kagum melihat anak-anaknya yang
tumbuh sebagai pengabdi sosial: menjadi guru, perawat, pegawai kedinasan, dan
lainnya. Melalui jangkar kesalehan itu insya Allah perjalanan alam
kuburnya akan lebih indah melalui jariyah amal yang dibangun: ilmu pengetahuan,
sedekah sosial, dan anak-anak yang mendoakan. Juga rasa sakit yang telah lama
menyelimutnya, pastinya akan menjadi penggugur dosa-dosa.
Selamat jalan bapak tuan. Kami bersaksi bahwa
bapak tuan adalah orang yang baik.
Beliau memang orang tua yg sangat luar biasa. Kesantunan pribadinya tercermin dalam setiap langkah beliau.
ReplyDeleteiya bener kak, sosok motivator yang sangat luar biasa....
ReplyDeleteInshaa Alloh Khusnul Khotimah
ReplyDeleteamiin.. ya robbal alamiin..
Delete