Inaq-Amaq, Panggilan untuk Orang Tua di Lombok yang Mulai Ditinggalkan
Sistem bahasa
pada suatu komunitas masyarakat, memiliki latar historis yang mengandung nilai,
filosofi, dan identitas dari komunitas masyarakat tersebut. Inaq-Amaq sebagai
istilah kebahasaan yang digunakan masyarakat Lombok untuk memanggil orang tua mereka,
juga memiliki semangat, nilai dan filosofi masyarakat Lombok. Misalnya kajian
kebahasaan yang dilakukan oleh beberapa sarjana menyimpulkan bahwa istilah inaq
dan amaq berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna kendi (al-ina’)
dan air (al-maa’).
Hal tersebut
sejalan dengan keterangan Ali Sajad Al-idrus (dosen UIN Mataram) dalam laman
Suara NTB bahwa istilah tersebut merujuk kepada konsep Tasawuf dalam Islam. Ina’
adalah wadah sesuatu. Pemaknaan tersebut menunjukkan adanya sistem nilai yang
ditanam dalam istilah itu. Menurutnya ada hubungan yang kuat antara konsep
tradisi Lombok dengan nilai yang tumbuh dalam konsep keislaman. Artinya, inaq
(ibu) harus memiliki karakter seperti kendi (wadah), yakni siap dimasuki dan
menopang keberadaan air. Pun juga air yang dimasukkan ke dalam kendi harus air
yang bersih agar tidak mengotori kendi dan menjadi sumber kehidupan bagi yang
akan meminumnya.
Filosofi yang
bisa diangkat dari istilah inaq-amaq adalah sistem nilai yang ada di balik
istilah tersebut yakni suatu dorongan kepada hubungan harmoni dalam
berkeluarga. Ayah dan Ibu harus mengerti dan benar-benar menunaikan peran
mereka masing-masing.
Namun demikian,
belakangan istilah inaq-amaq mulai jarang terdengar dalam konstruksi sosial masyarakat
Lombok. Terjadi pergeseran arti yang cukup melebar dari kata tersebut. Awalnya inaq
amaq adalah konstruk identitas, dan sekarang perlahan menjadi konstruk
realitas. Dulu, anak-anak rata-rata memanggil orang tuanya dengan panggilan
tersebut, yang mana itu dilakukan dengan rasa penuh kebanggaan. Disisi lain Ayah
yang dipanggil ‘amaq’ begitu merasa terhormat, dan anak yang memanggil juga
merasakan kebanggaan tersendiri atas sosok amaq yang dimiliki.
Saat ini, para
orang tua cendrung gengsi dipanggil amaq. Sejak lahir, mereka sudah mengajarkan
anak-anak mereka untuk memanggil orang tua dengan panggilan selain inaq-amaq:
ayah bunda, bapak-ibu, ummi-abi, bunda-yanda, dan seterusnya.
Apa sejatinya
yang mempengaruhi hal ini?
Setidaknya ada
tiga alasan yang bisa dikemukakan. Pertama, istilah inaq-amaq dewasa ini
hanya digunakan oleh masyarakat kelas tertentu yang secara ekonomi menengah
kebawah. Kenyataan ini melahirkan kesan bahwa inaq-amaq adalah istilah untuk
para kuli, para buruh, dan berbagai bidang pekerjaan yang terpinggirkan secara
sosial (Kamus Sasak Indonesia, 2018).
Kedua, adanya
arus teknologi dan informasi yang telah mengkonstruksi dengan sangat radikal
sistem bahasa sehingga batas-batas demografi tidak lagi menjadi patokan
penggunaan bahasa. Masyarakat Lombok yang bergelantung dalam arus tersebut juga
mengalami kegoncangan identitas sehingga memilih menggunakan kata-kata baru
yang dianggap lebih modern dan berkemajuan.
Ketiga, adanya
pengaruh teologis yang lahir dari kelompok-kelompok Islam yang menilai bahasa
Arab sebagai bagian integral dari ajaran Islam sehingga mengadopsi berbagai
istilah Arab untuk digunakan dalam hubungan sosial mereka merupakan bagian dari
menjalankan agama. Akhirnya inaq-amaq berganti menjadi ummi-abi.
Kita sungguh
mengerti bahwa konsekuensi zaman tidak akan pernah bisa kita lawan. Termasuk pergeseran
sistem bahasa yang digunakan dalam panggilan orang tua tersebut. Namun akan
sangat disayangkan jika panggilan inaq-amaq hanya akan terdampar di
lembaran-lembaran kamus, dalam ingatan generasi lama yang yang pastinya tidak
akan bertahan lama.
Lebih sayangnya
lagi, jika sistem nilai, filosofi dan norma yang tertanam dalam panggilan inaq-amaq
sudah tidak lagi terjewantah dalam laku kehidupan berkeluarga dan bersosial
masyarakat Lombok dewasa ini. Kita perlu membuat skema linguistik untuk mempertahankan
bahasa kita, karena dalam setiap konsep bahasa yang diwariskan para pendahulu,
ada sistem nilai yang pantas dan seharusnya dipertahankan.
Luar biasa semeton.
ReplyDeleteMatur tampi asih.
Luar biasa semeton.
ReplyDeleteMatur tampi asih.
Luar biasa semeton.
ReplyDeleteMatur tampi asih.
Sama2 semeton..
Deletemantap...
ReplyDelete