Puasa Memanusiakan Manusia
Ramadhan yang mulia hadir di tengah manusia untuk
memberikan pendidikan penting tentang diri kita. Bahwa struktur jasad kita
bukan hanya persoalan jasmani. Dalam diri ini terdapat dua komponen yang tak
terpisahkan, jasmani dan rohani. Keduanya harus seimbang. Untuk menyeimbangkan
keduanya itu dibutuhkan akal dan nafsu. Hubungan antara keduanya akan membawa
kepada peningkatan kualitas kemanusiaan seseorang.
Sebagaimana yang telah lumrah kita dengarkan,
puasa adalah salah satu cara mengendalikan nafsu. Iya, karena pada hakikatnya
sebagaimana yang dikatakan Quraish Shihab, “nafsu itu dikendalikan, bukan
dimatikan”. Mengapa nasfsu harus dikendalikan? Karena ketika nafsu tidak dapat
dikendalikan, maka kemanusiaan kita yang akan diciderai. Banyak contoh ketika
misalnya nafsu yang dimiliki seseorang terlampau berlebihan, maka segala cara
akan dilakukan untuk memiliki segala hal. Pada gilirannya hal itu akan
menzolilmi nasib orang lain.
Jenis nafsu yang dimiliki manusia sangatlah
banyak, nafsu makan, minum, seks, dan lain sebagainya. Semua itu harus
dikendalikan. Apa yang terjadi ketika kita tidak mengendalikan nafsu? Secara
jasmani, itu akan berdampak terhadap kualitas kesehatan, misalnya jika nafsu
makan dan minum tidak ditekan maka akan rawan terjadi obesitas dan berimplikasi
terhadap berbagai penyakit berbahaya. Disisi lain secara batin penekanan
terhadap nafsu ini penting karena akan menentukan kualitas diri.
Jalaluddin Rumi dalam Fihi Ma Fihi
memberikan gambaran tentang bagaimana manusia harus mengendalikan nafsunya.
Ketika manusia mampu mengendalikan nafsunya maka dia akan mampu menggapai
derajat yang tinggi bahkan menyamai malaikat. Dan sebaliknya, jika manusia
tidak mampu mengendalikan nafsunya maka dia harus siap kehilangan
kemanusiaannya dan jatuh terlempar ke derajat binatang. Dalam puisinya Rumi
bersajak: Malaikat selamat karena pengetahuannya, binatang selamat karena
ketidaktahuannya. Di antara keduanya manusia yang terus berjuang. Dengan
demikian mengendalikan nafsu sama dengan memantapkan kemanusiaan kita.
Puasa di bulan ramadhan adalah kesempatan luar
biasa untuk latihan menekan nafsu. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa diantara
nafsu yang harus ditekan dalam puasa Ramadhan adalah nafsu seksual. Dalam surat
al-Baqarah ayat 187 Allah memberikan gambaran tentang hubungan seksual yang
hanya boleh dilakukan pada malam hari.
Selanjutnya dalam ayat yang sama, juga dijelaskan tentang batasan makan dan
minum yakni dari terbenam matahari sampai terbitnya fajar. Dua nafsu yang
ditekan dalam firman Allah ini akan menjadi latihan mendasar kita dalam upaya
mengendalikan nafsu. Oleh karena itu hikmah ramadhan yang bisa kita refleksikan
salah satunya adalah memanusiakan manusia.
Perinsip memanusiakan manusia adalah prinsip dasar
dalam ilmu pendidikan. Tujuan pendidikan yang paling prinsip adalah
memanusiakan manusia. Dengan demikian puasa juga merupakan suatu proses
pendidikan yang langsung dimotori oleh Allah SWT, yang karenanya Allah juga
yang akan mengevaluasi dan memberikan nilai. Dalam hadits, Allah menegaskan
bahwa “puasa itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan balasannya”.
Dengan demikian, proses penekanan nafsu dengan berpuasa akan berimplikasi
terhadap kehadiran Tuhan dalam diri kita sehingga jalan hidup akan menjadi
lebih baik dan berkualitas.
Post a Comment for "Puasa Memanusiakan Manusia"