Masalah dan Solusi, Dua Hal yang Sangat Berdekatan
Dalam bahasa Arab, banyak kita temukan kata-kata serupa yang mana secara fonetis menunjukkan kedekatan tetapi secara makna menununjukkan kepada pertentangan. Misalnya saja, kata ‘aafa (عاف) yang memiliki makna benci, dengan kata ‘afaa (عفا) yang memiliki arti maaf. Kata daaun (داء) bermakna penyakit dan dawaaun (دواء) yang berarti obat. Demikian pula pada kata fajara (فجر) yang berarti berbuat dosa berdekatan fonem dengan faraja (فرج) yang berarti jalan keluar. Dan berbagai kata-kata serupa yang tidak mungkin dihadirkan semuanya pada tulisan singkat ini.
Ada yang unik dalam melihat kenyataan bahasa Arab semacam
ini. Bahwa sesungguhnya, Tuhan telah menjadikan dua hal yang bertentangan hanya
dalam satu penyebutan yang berdekatan. Jika kita melihat hal ini dalam sudut
pandang komplementatif, maka akan diperolah kenyataan bahwa Tuhan tidak pernah
menjadikan masalah berjauhan dengan solusi. Untuk persoalan benci Tuhan
menyediakan maaf, untuk persoalan sakit, Tuhan menyediakan obat. Untuk persoalan
kejahatan, Tuhan menyediakan jalan keluar (pengampunan). Artinya segalanya
selalu diciptakan Tuhan berdekatan.
Sejalan dengan analisis linguistik tersebut, dalam
Al-Quran ataupun Hadits telah disebutkan beberapa pernyataan yang memiliki
esensi pesan yang sama seperti konsep diatas, misalnya dalam surat al-Insyiroh:
“sesungguhnya setiap ada kesulitan pasti ada banyak kemudahan.” Kemudian pada
hadits: “seandainya KESULITAN itu berada dalam gua yang paling dalam sekalipun,
maka KEMUDAHAN akan datang menjemputnya dan mengeluarkannya.” Begitulah Tuhan
menjadikan hidup ini sejatinya sederhana, begitu mudah dan santai. Hanya
terkadang manusia sering tergesa-gesa memaknai hingga menjadi sering tidak
mengerti.
Itulah mengapa setiap sesuatu yang sudah sampai pada
ujung tertingginya akan dijumpai kesamaan dengan pertentangannya. Buktinya?
Ketika anda telah lama menjadi pembenci, maka pada benci yang paling benci, ada
cinta yang menanti. Pernahkan anda mengalami atau teman anda, yang setiap hari
hampir tidak pernah absen bercekcok dengan teman lawan jenisnya di ruang
kuliah, tetapi ternyata karena jodoh, keduanya harus hidup di rumah yang satu
dengan perasaan cinta yang memenuhi?
Hal semacam ini, sejalan dengan konsep Cak Dhofir tentang
‘kadaluwarsa’, bahwa cinta adalah benci yang kadaluwarsa, malas adalah semangat
yang kadaluwarsa, bahkan keinsyafan adalah dosa yang kadaluwarsa. Jadi
sejatinya tidak ada alasan untuk berputus asa, karena pada setiap masalah yang
ada pasti ada solusi yang sudah sangat dekat.
Post a Comment for "Masalah dan Solusi, Dua Hal yang Sangat Berdekatan"