Hermeneutika Psikologi Schleiermacher
Pendahuluan
Salah satu
tokoh yang berjasa besar dalam mematangkan Hermeneutika sebagai suatu bidang
yang umum adalah Shleiermacher. Filsuf, teolog dan tokoh Filsafat bahasa asal
jerman ini dikatakan sebagai bapak hermeneutika modern. Hal tersebut karena dia
telah menaikkan level kajian hermeneutika dari paradigma yang ekslusif menuju
paradigma yang inklusif dan umum. Kajian Hermeneutika ala Schleiermacher
ini kemudian menjadi kajian dalam bidang kehidupan mansia yang tidak hanya
berkutat pada urusan teologis, tapi juga pada bidang-bidang kehidupan lainnya
seperti sejarah dan sastra.
Dalam
orientasi intelektualnya, Schleirmacher lahir dari lingkungan kekristenan yang
kental. Hal ini kemudian membawanya menjadi sosok yang memiliki pandangaan-pandangan
yang berorientasi teologis. Namun demikian, pandangan Schleiermacher pada masa
itu berbeda dengan para pendahulunya, termasuk para pendeta yang seprofesi
dengannya. Schleiermacher melompat lebih jauh untuk memberikan satu konsep kegerejaan
yang lebih ilmiah dan plural.
Secara
epistemologis, pandangan hermeneutika Schleiermacher dikonsepsikan dalam dua
model utama yang bersifat timbal balik, yakni pendekatan tafsir gramatikal dan
pendekatan tafsir psikologis. Dua pendekatan dalam hermeneutika ini menjadi
awal terbentuknya suatu konsep hermenutika yang umum. Maka dari itu, sebagai
konsekuensinya, hermenutika sebelumnya menurut Schleiermacher disebtu hermeneutika
khusus. Yakni kajian tafsir yang
khusus mengkaji tentang Bibel.
Dalam suatu
aktivitas penafsiran, dua konsep di atas menjadi hal yang niscaya, karena
menafsirkan berarti mengetahui pesan atau keinginan yang ditanamkan pengarang
pada karangannya. Untuk menuju penafsiran yang sempurna itu, Scheleirmacher
memberikan langkah-langkah penting dalam melakukannya.
Dalam makalah
ini secara khusus akan dikaji tentang konsep dan teknis hermeneutika
Schleiermacher. Sebagaimana dikatakan di muka, bahwa ada dua konsep utama dalam
penafsiran teks menurut Shleiermacher, yakni pendekatan garamatik dan
pendekatan psikologis. Adapun dalam tulisan ini, kajian akan difokuskan pada
pendekatan hermeneutika psikologis. Seperti apa dan bagaimana tehnisnya,
silahkan membaca tulisan ini secara komprehensif.
Biografi
singkat Schleiermacher
Friedrich
Ernst Daniel Schleiermacher dilahirkan pada tahun 1768 di Breslau, Silesia,
Prusia, Jerman pada tanggal 21 november 1768[1].
Dia adalah seorang filosof dan teolog Jerman. Schleiermacher dikenal sebagai
“Bapak Hermeneutika Modern” sekaligus orang yang berusaha membakukan
hermeneutika sebagai metode umum[2].
Dia terlahir dari rahim keluarga yang taat beragama protestan yang ayahnyan pun
seorang pendeta.
Schleiermacher
menempuh pendidikan di institusi-institusi Morovian Brethren, sebuah sekte
militan dalam Agama Kristen, namun sangat tertarik dalam humanisme. Karena dia
skeptik terhadap beberapa doktrin Kristiani di lembaga-lembaga tersbeut, dia
pada tahun 1787 pindah ke University of Halle yang dipandangnya lebih liberal,
namun dia diperguruan tinggi ini tetap menggeluti teologi, disamping filsafat
dan filologi klasik sebagai minor field. Dia lulus ujian-ujian dalam bidang
teologi Kristen pada tahun 1790, lalu bertugas sebagai pengajar atau tutor
swasta ( private tutor) hingga tahun 1793.[3]
Selain itu,
dia juga dikenal sebagai bapak Teologi Modern. Hal ini disematkan karena dia
memiliki cara pemahaman baru terhadap Bible, yakni memberikan level yang
lebih tinggi terhadap hermeneutik[4].
Artinya cara penafsiran bible yang dulu dikenal dengan hermeneutik tidak
hanya digunakan untuk penafsiran kitab suci, tapi juga bidang-bidang lain
kehidupan seperti Sejarah dan Sastra.
Dalam hal
intelektualitas, Schleiermacher tidak bisa dipisahkan dari dua guru berpengaruh
pada masa mudanya, yakni Friedrich Ast
dan F. August Wolf. Kedua pemikir Jerman ini memiliki keahlian yang berbeda,
dimana Ast adalah seorang ahli Filologi dan Wolf adalah seorang pengkaji Hermeneutika
pada waktu itu. Pandangan kedua orang ini pada gilirannya begitu kental
mempengaruhi pemikiran Schleiermacher. Misalnya apa yang dikonsepsikan dirinya
tentang pembagian model penafsiran yakni penafsiran dengan melihat aspek
gramatik dan penafsiran yang melihat aspek psikologis pengarang[5].
Dari latar
historis di atas, dalam proses intelektualnya, Schleirmacher mengalami dua pase
pemikiran, yang pertama pase pengkajian hermeneutika yang berorientasi pada
bahasa yang selanjutnya dikenal dengan istilah hermeneutika “gramatik.” Dalam
pemikiran ini, dia mengatakan bahwa pengkajian teks atau proses interpretasi
itu berkaitan dengan proses pemahaman linguistik secara menyeluruh. Pemahaman
ini menjadi asas atau dasar pemahaman tafsiran yang sesuai teks.
Pada fase
selanjutnya Shleirmacher mengubah orientasi pemikiran hermeneutikanya dari
penafsiran yang bersifat gramatik menuju penafsiran yang bersifat psikologis.
Namun demikian dua model penafsiran ini sejatinya merupakan dua konsep yang
saling berkelindan dalam satu pemahaman, sehingga memahami keduanya merupakan
mekanisme penting dalam proses melakukan interpretasi. Paradigma ini dikemudian
hari akan dikenal dengan lingkaran heremeniutis.
Selama kurun
waktu antara 1794 dan 1796 Schleiermacher beraktivitas sebagai pastor di
Landsberg dan pada tahun 1796 dia pindah ke Berlin untuk bekerja di sebuah
rumah sakit. Di kota inilah dia baru bertemu dengan beberapa pemikir yang
beraliran romantisisme, seperti Friedrich dan August Wilhelm Schlegel. Bersama
mereka dia terlibat dalam gerakan romantisisme dan menerbitkan jurnal
Athenaeun, meski hanya terbit sebentar, yakni tahun 1798-1800. Pada tahun 1799
dia menerbitkan karya yang sangat penting dan radikal dalam bidang filsafat
agama yakni On Religion : Speeches to its Cultured Despires. Aliran
romantisisme (atau aliran obyektivis) inilah yang kemudian mempengaruhi
pemikiran-pemikiran hermeneutiknya.
Pada tahun
1810 dia diangkat sebagai professor teologi di University of Berlin dan pada
tahun 1811 dia menjadi anggota bagi Berlin Academy of Science. Sejak
saat itulah dia banyak memberikan perkuliahan dalam bidang teologi dan filsafat
serta menerbitkan lebih banyak lagi karya-karya berharga bagi pengembangan
pemikiran dalam bidang filsafat bahasa, teologi dan hermeneutik. Dia meninggal
dunia pada taun 1834[6].
Dalam hal
konsen akademik, secara konsisten Schleiermacher fokus pada Hermeneutika,
Dialektika dan Filsafat Bahasa[7].
Fokus akademik inilah yang kemudian banyak berpengaruh pada konsep pemahaman
Schleiermacher tentang Hermeneutika.
Konsep
hermeneutika Schleiermacher
Proyek besar
Schleiermacher pada awal kajiannya adalah menjadikan hermeneutika sebagai
bidang keilmuan yang matang. Model hermeneutika ini selanjutnya akan dikenal
dengan Hermeneutika Umum. Menurut Schleiermacher, Hermeneutika adalah
seni memahami dimana di dalamnya terdapat prosedur-prosedur yang harus
dilakukan untuk mendapatkan penafsiran yang sesuai dengan yang diinginkan[8].
Baginya, menafsirkan itu adalah menyajikan kembali isi pikiran pengarang dengan
kualitas yang sama atau bahkan lebih baik dari yang digagaskan oleh pengarang.
Konsep
hermeneutika Schleiermacher sejatinya adalah respon terhadap fenomena
hermeneutika zaman sebelumnya yang masih bersifat otodidak dan tidak
sistematis. Model itu dia anggap sebagai model hermeneutika khusus,
yaitu model pemahaman yang terpaku pada bidang-bidang tertentu, maka
dibutuhkanlah satu konsep hermeneutika yang bisa mengkaji teks secara umum.
Secara
epistemologis, konsep hermeneutika Schleirmacher merupakan konsep yang
mengalternasi model pemikiran terdahulu dengan pemahaman yang lebih general di
masa depan. Sebagaimana ditulis Grondin, Schleiermacher menjadi tokoh yang
mentransisi pemikiran metafisis Kant menuju Hermeneutika[9].
Tentunya kenyataan ini membuat Shleiermacher menjadi tokoh penting proses
berdirinya hermeneutika sebagai bidang yang utuh dan berdiri matang.
Awalnya
gejolak intelekutal Schleiermacher ada pada konsep pemahaman. Baginya apa yang
dilakukan manusia dalam kesehariannya adalah proses pemahaman (interpretasi).
Dalam hal memahami, Schleiermacher memandang ada pemahaman gramatik dan
psikologis. Artinya seseorang yang melakukan percakapan, tentulah harus
memahami tanda-tanda gramatik yang ada dalam tuturan dan pengalaman pendengar
itu tentang substansi yang dituturkan. Di samping itu, seseorang harus bisa
menyentuh bagian psikologis pengarang untuk menemukan arah pemikiran maupun
konsep yang ingin dikemukakan oleh seorang pengarang.
Secara
substantif pemahaman gramatikal dan psikologis ini merupakan dua model yang
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk membentuk suatu pemahaman
yang bagus dan sesuai dengan pengarang maka penting untuk mengkomparasikan
aspek gramatik dan aspek psikologis itu. Lebih jelas mari kita simak keterangan
Michael N. Forester dalam artikelnya, Hermeneutics.
“Understanding
occurs as a matter of course," in fact "misunderstanding occurs as a
matter of course, and so understanding must be willed and sought at every
point"; that interpretation needs to complement a linguistic (or
"grammatical") focus with a psychological (or "technical")
focus; that while a "comparative" (i.e. plain inductive) method
should predominate on the linguistic side, a "divinatory" (i.e.
hypothetical) method should predominate on the psychological side; and that an
interpreter sought to understand an author better than the author understood
himself.[10]
Tentang
hubungan penafsiran gramatik dan psikologis, Schleiermacher mencetuskan konsep
lingkaran hermeneutis. Lingkaran Hermeneutis adalah salah satu konsep
yang sering dirujukkan kepada Scheleiermacher. Berangkat dari konsepnya tentang
pemahaman, ia menjelaskan bahwa pemahaman pada dasarnya adalah sesuatu yang
bekerja secara referensial. Seseorang hanya bisa memahami sebuah teks saat ia
dibandingkan dengan sesuatu yang lain yang sudah diketahui terlebih dahulu. Hal
ini biasanya dilakukan dengan membandingkan antara bagian-bagian dan keseluruhan
secara resiprokal (timbal-balik).[11]
Dalam sebuah
teks misalnya, bagian-bagian kata tertentu hanya bisa dipahami dalam kaitannya
dengan keseluruhan teks atau kalimat. Begitu juga sebaliknya, keseluruhan teks
atau kalimat hanya bisa dipahami dalam kaitannya dengan bagian-bagian kata yang
membangun susunan teks atau kalimat tersebut (termasuk suasana psikologis
pengarang). Interaksi dialektis antara keseluruhan dan bagian dalam mencari
makna ini tampak sebagai sesuatu yang terus berputar satu dengan yang lain
membentuk sebuah lingkaran. Inilah yang kemudian dikenal sebagai lingkaran
hermeneutis.
Mengingat
lingkaran hermeneutis juga disusun dari prinsip gramatikal dan psikologis, maka
ia juga mengasumsikan adanya elemen intuitif. Selain itu, dalam sebuah wacana,
lingkaran hermenetis juga tidak saja mengakomodir aspek linguistik (bahasa),
melainkan juga aspek materi yang dibicarakan (subjek).
Pada
prinsipnya, Schleiermacher memiliki pandangan pandangan yang bersipat fundamental
sebagai fondasi berdirinya hermeneutika secara bidang yang utuh dan umum.
Menurut Forester, ada empat sumbangan penting Schleiermacher dalam bidang
Hermeneutika[12]:
1.
Memberikan ide penting tentang
konsep penafsiran. Yaitu berupa pentingnya pemahaman pendengar atau pembaca
teks terhadap suatu objek. Konsep ini yang pada gilirannya banyak menginspirasi
Ernesti dan Herder.
2.
Menjadikan aspek gramatik sebagai
bagian penting dalam proses interpretasi.
3.
Membangun konsep hermeneutika umum.
Sebagaimana yang dipaparkan di
muka, masa sebelum Schleiermacher hermeneutika yang dikaji dan digunakan adalah
hermeneutika khusus yang bersifat ekslusif, maka datanglah Schleiermacher dengan
konsep hermeneutika umum yang memiliki visi penggunaan hermeneutika dalam
seluruh bidang kehidupan manusia. Artinya tidak hanya terpaku pada persoalaan
teologis (penafsiran kitab suci) tapi juga dalam hal kajian sejarah dan sastra.
4.
Memberikan inspirasi bagi Heideger
untuk mengembangkan Hermeneutika lebih matang lagi.
Hermeneutika
Psikologis Schleiermacher
Schleiermacher
berpendapat bahwa seseorang tidak bisa memahami sebuah teks hanya dengan
semata-mata memperhatikan aspek bahasa saja, melainkan juga dengan
memperhatikan aspek kejiwaan pengarangnya. Seorang penafsir teks harus memahami
seluk-beluk pengarangnya. Pandangan yang memberikan perhatian pada aspek
psikologis ini kemungkinan dipengaruhi oleh keluasan pengetahuannya tentang
filsafat ketuhanan Spinoza.
Spinoza
sendiri adalah seorang filsuf jerman yang banyak berbicara tentang Tuhan[13].
Orientasi filsafat seperti ini dipengaruhi oleh situasi pada saat itu, yakni
ketika metafisika (jiwa, ruh dan Tuhan) begitu sulit diterangkan oleh akal.
Keadaan ini berlangsung pada awal masa pencerahan Eropa. Para pemikir yang
banyak mengkaji tentang metafisik ini antara lain Immanuel Kant dan Spinoza.
Schleiermacher sendiri banyak berkomentar tentang pandangan-pandangan Spinoza
sebagaimana yang disinggung pada pembahasan biografinya.
Selain
Spinoza, Filsuf Jerman lainnya yang mempengaruhi pemikiran Schleiermacher secara
tidak langsung adalah Immanuel Kant[14].
Pandangan Kant memang cendrung metafisis karena memang basis orientasi
pemikiran Kant adalah Nilai atau etika. Corak pemikirannya pun khas kekristenan.
Salah satu pandangannya yang pada saat itu bisa mengalternasi kegelisahan
intelektual pada masanya adalah pernyataan bahwa akal hanya bisa menyentuh
hal-hal metafisis melalui silogisme saja (misalnya hukum kausalitas) hal ini
selanjutnya disebut realitas subjektif, yakni pembuktian dengan premis-premis
tertentu, dan tidak akan pernah bisa menyentuh lebih jauh dari itu (realitas
objektif).[15]
pandangan ini pada selanjutnya memicu timbulnya banyak kritik oleh
pemikir-pemikir setelahnya, Kant dipandang sebagai orang yang membatasi hak
intelektual dan kebebasan akal manusia.
Selain
pemikiran tentang realitas di atas Kant juga berbicara sumber pengetahuan, bagi
Kant pengetahuan itu tidak hanya bersumber dari satu pengalaman saja tapi
gabungan dari rasionalisme dan idealisme. Paradigma yang diusung Kant dalam hal
pengetahuan adalah ia tidak memulai pengetahuan dari objek yang ada, tetapi
dari sisi pengamat objek terlebih dahulu[16].
Berdasarkan
latar historis intelektual pada masa itulah, kita bisa sedikit menganalisa
pandangan interpretasi psikologis ala Schleiermacher. Pada pemikiran
Kant tentang pengetahuan di atas, nampak sekali ada peluang psikologi pengamat
disana sebagai peneliti sauatu objek. Dengan demikian, konsep Schleiermacher
tentang hermenutika psikologis menurut penulis adalah dipengaruhi oleh
epistemologi filsafat yang ia adopsi dan gunakan dari para pendahulunya.
Terkait dengan
pemahaman teks secara psikologis, Ada dua tawaran metode dari Schleiermacher: divinatory
method dan comparative method. Metode divinatori adalah metode
dimana seseorang mentransformasikan dirinya atau memasukkan dirinya ke dalam
(kejiwaan) orang lain dan mencoba memahami orang itu secara langsung. Teknis
dalam analisis ini adalah mengetahui situasi psikologis pengarang untuk
mendapatkan pandangan kongkrit tentang objek yang terkait.
Hal yang perlu
digarisbawahi disini adalah, pendekatan psikologis bukan berarti melakukan
psikoanalisis terhadap pengarang, tapi mengetahui dengan utuh situasi psikologi
pengarang untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang teks. Artinya psikologi
pengarang dalam kajian hermenutika psikologis bukan semata mengkaji situasi
batin pengarang sebagai objek tunggal, tapi hanya sebagai sarana untuk
pemahaman akan teks secara sempurna[17].
Adapun Metode komparatif
adalah metode memahami dimana sesorang penafsir berusaha memahami seseorang
dengan cara membandingkannya dengan orang-oarng lain, dengan asumsi bahwa
mereka sama-sama memiliki sesuatu yang universal. Dengan pandangan ini
Schleiermacher mangajukan suatu konsep baru dimana kajian terhadap suatu teks
disertakan dengan mengkaji subjek atau author suatu karya.
Schleiermacher
menegaskan bahwa kedua metode tersebut tidak bisa dipisahkan. Hal ini
didasarkan pada hal berikut : “divination [memasuki psikologi orang secara
langsung] bisa mencapai kepastiaannya melalui perbandingan konfirmatif, karena
tanpa hal itu, ia selalu tidak bisa dipercaya.
Pada akhirnya
pandangan hermeneutika psikologis Schleiermarcher adalah dalam rangka memahami
suatu teks secara sempurna, yakni dengan memadukan (mengkomparasikan)
aspek-aspek gramatikal dan situasi batin pengarang sehingga apa yang disebut
sebagai aktifitas penafsiran benar-benar menghasilkan pandangan yang objektif
dan sesuai dengan keinginan pembuat teks. Di sini kembali terlihat bahwa inti
dari hermeneutika Schleiermacher adalah seni menafsirkan (art of
interpretation).
Dengan
demikian, secara umum, konsep psikologis Schleiermacher tidak otonom atau
berdiri sendiri dari konsep gramatikalnya. Artinya kedua konsep itu dalam suatu
aktifitas penafsiran menjadi hal yang niscaya untuk menghasilkan penafsiran
yang objektif dan sempurna.
Daftar pustaka
Anonym.
Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher –Biography dalam situs http://www.egs.edu/library/friedrich-schleiermacher/biography/ akses tanggal 20 April 2015
Forester,
Michael N.. Hermeneutics. (file pdf) diunduh dari situs: philosophy.uchicago.edu/faculty/files/.
Akses tanggal 26 April 2015
Grondin,
Jean. Sejarah Hermeneutik; dari Plato Sampai Gadamer. Terj. 2010.
Yogyakarta: Arruz Media
___________. Sources of Hermeneutics. 1995. New
York: State University of New York.
Gjesdal,
Kristin. Hermeneutics. (Oxford bibliographies online) diunduh dari
situs: http://www.oxfordbibliographiesonline.com/view/document/. Akses tanggal 25 April 2015
Murtaningsih,
Wahyu. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. 2012.
Yogyakarta: IRCiSoD
Parmer,
Richard E. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi. Terj. 2005. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Rutt,
Jessica. On Hermeneutic (file pdf). 2006. Tanpa kota dan tahun. Jurnal
Logos dalam situs nb.vse.cz/kfil/elogos/student/rutt.pdf. akses tanggal
21 April 2015
[2] Jessica
Rutt. On Hermeneutic, dalam jurnal Logos (file pdf) Edisi 2006. hlm, 2 dalam
situs nb.vse.cz/kfil/elogos/student/rutt.pdf. akses tanggal 21 April
2015
[3] Diterjemahkan
dari artikel tentang biografinya yang berjudul, Friedrich Daniel Ernst
Schleiermacher – Biography dalam situs http://www.egs.edu/library/friedrich-schleiermacher/biography/ akses
tanggal 20 April 2015
[4] Ibid, hlm. 2
[5] Richard E.
Parmer. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi. Terj.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm. 85-93
[6] Op.cit
[7] Kristin
Gjesdal. Hermeneutics. (Oxford bibliographies online) diunduh dari
situs: http://www.oxfordbibliographiesonline.com/view/document/. Akses
tanggal 25 April 2015
[8] Richard E.
Palmer. Ibid hal 95-97
[9] Jean
Grondin. Sources of Hermeneutics. (New York: State University of New
York, 1995) hlm. 4-5
[10] Michael N.
Forester. Hermeneutics. (file pdf) hlm. 18 diunduh dari situs: philosophy.uchicago.edu/faculty/files/.
Akses tanggal 26 April 2015
[11] Richard E.
Palmer. Hermeneutika, hlm. 59
[12] Michael N.
Forester. Op.cit, hlm. 20-30
[13] Wahyu
Murtaningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012) hlm. 100
[14] Jean
Grondin. Sejarah Hermeneutik; dari Plato Sampai Gadamer. Terj.
(Yogyakarta: Arruz Media, 2010) hlm. 18
[15] Ibid. Hlm.
19
[16] Wahyu Murtaningsih.
Op.cit. hlm, 123
[17] Richard E. Palmer. Hermeneutika. Hlm, 101
Post a Comment for "Hermeneutika Psikologi Schleiermacher"