Post-hegemoni kapitalis
Istilah “Si kembar”, adalah istilah yang saya dan salah seorang
teman saya gunakan untuk menyebutkan toko-toko yang belakangan ini menjamur. Namanya
itu diakhiri mart mart. Istilah Si kembar kami gunakan karena persamaan
warna (kebayankan berwarna biru kuning) dari toko-toko tersebut. Di samping
juga karena tidak terlalu ingin menggunakan istilah tersebut, “takut menjadi
promotor gratis kaum kapitalis”, kata salah seorang teman.
Toko si kembar memang memiliki daya tarik tersendiri untuk menggaet
pelanggan. Misalnya, dengan memberikan layanan yang ramah terhadap setiap
pengunjung, kebersihan tempat berbelanja yang terjaga, juga berbagai undian
berhadiah yang ditawarkan. Semua itu pada kelanjutannya berhasil menggaet
pelanggan yang melimpah. Bahkan hingga sat ini, sudah tidak sulit untuk
menemukan toko-toko tersebut. Di samping itu, orang-orang juga sudah banyak
yang terjaring “sihir” si kembar. Sedikit-sedikit, orang-orang menyebut toko tersebut
jika ingin membeli sesuatu, terlebih jika ingin berbelanja pada waktu tengah
malam.
Sekian banyak kenyamanan yang diberikan si kembar memang wajar
membuat pelanggan semakin menjamur. Namun demikian ada beberapa hal yang
terkadang lewat dari perhatian kita di balik kenyamanan berbelanja di toko Si kembar.
Saya salah seorang yang pada awal kemunculannya “tergila-gila”
dengan si kembar. Jika ingin berbelanja apapun (terlebih keperluan sehari-hari)
maka si kembarlah yang menjadi pilihan saya. Semua itu berlangsung cukup lama,
sehingga suatu saat saya menyadari hal yang membuat saya tak lagi suka
berbelanja di toko si kembar.
Awalnya, yang membuat kesenangan saya luntur terhadap si kembar
adalah kajian-kajian tentang post-hegemoni bersama Romo Agus Sunyoto. Hegemoni
yang digencarkan kaum kapitalis memang membuat sesak dada. Apalagi jika
berbicara kapitalisme dalam pergolakan perekonomian mikro, sungguh memiriskan.
Berapa banyak pengusaha-pengusaha kecil yang terpaksa gulung tikar karena
kemunculan mereka yang cenderung menggilas pengusaha kecil.
Terlepas dari kajian-kajian yang saya lakukan, saya menemukan
sendiri ketidaknyamanan yang jika kita semua mengkajinya dengan teliti juga
akan menemukan hal tersebut,
Pertama, Jika anda
seorang yang sering berbelanja di si kembar, perhatikanlah harga-harga barang
yang anda beli. Lihat dan bandingkan dengan harga di tempat lain (misalnya
warung-warung kecil di pinggiran jalan), maka akan ada perbedaan yang mendasar.
Ini karena ternyata kita membayar pajak atas barang-barang yang kita beli,
sehingga harga-harga barang, meski di labelnya terlihat murah, namun ketika
telah melewati kasir, maka ada perubahan harga yang signifikan. Saya rasa anda
pasti menyadari ini jika sudah sering berbelanja di sana.
Kedua, kresek putih yang berlogo si kembar, yang bisanya dipakai
untuk membungkus barang-barang yang kita beli, itu tidak gratis. Perhatikan
struk belanja anda! dan lihat ada hitungan harga untuk setiap kresek (ini salah
satu prinsip kapitalis : “tidak ada yang gratis”). Di sisi lain, ketika
menerima barang dengan bungkus kresek si kembar, secara tidak langsung kita
telah menjadi promotor gratis si kembar. Yakni dengan membawa barang anda ke
tempat kerja atau tempat mana saja yang anda kunjungi, disana anda membawa
kresek dengan berlogo si kembar. Inilah model promosi gratis yang kita lakukan
tanpa ada imbalan apapun dari perusahaan si kembar.
Ketiga, kita sering dijebak dengan si kembar. Yakni dengan menaruh
mesin ATM di dalam toko mereka. Hal ini karena setiap orang yang ingin
mengambil uang di ATM (yang tempatnya di dalam toko si kembar), secara tidak
langsung telah dipaksa untuk berbelanja disana. Karena tentunya kita akan malu
jika masuk toko mereka hanya untuk mengambil uang dan keluar begitu saja.
Demikianlah beberapa cekikan yang dilakukan si kembar di balik
kenyamanan yang ditawarkannya. Ketiga poin di atas mungkin hanya beberapa hal
dari banyaknya kebobrokan yang sebenarnya dibungkus si kembar dalam setiap
layanannya. Kita hanya butuh ketelitian dan daya keritis yang tajam untuk
mengungkap itu semua. Marilah kita sadar akan kekang hegemoni yang digencarkan
kaum kapitalis agar kita tidak ikut menindas para negusaha (pedagang lain) yang
belakangan ini sudah banyak yang terkubur karena keganasan si kembar. Ini bukan
tentang perlawanan yang subjektif dan karena ketakberdayaan, tapi ini memang
karena saya merasakan sendiri ketercekikan di balik kenyamanan berbelanja di
toko si kembar. Apakah anda juga merasakan hal yang sama?
Post a Comment for "Post-hegemoni kapitalis"