Ketika Dunia Menjelma Biru
Diperjumpaan yang
dalam,
Setelah lama tak
saling pandang,
Engkau meminta puisi,
Sebagai selendang
cinta yang abadi.
Dalam hasrat yang
dalam,
Melihatmu tak
menghilangkan kerinduan.
Apa yang diinginkan
rindu?
Jika pertemuan tak serta
membuat syahdu.
Ku ingin menulis puisi
untukmu,
Tapi kata-kata tak
menjangkau indahmu.
Hingga kutulis sebuah
puisi tentang biru,
Sebagai lambang
kerinduan dan kecintaan yang merdu.
Saat kita di atas
pasir yang beku,
Memandang lautan yang
biru,
Indah langit nan biru,
Serta selendang
bidadarimu yang biru.
Aku tak mengerti,
sejak saat itu seluruh bumi menjadi biru.
Kita tak bisa lagi
membedakan biru laut dengan biru langit
Karena hati kita telah
menjadi biru.
Post a Comment for "Ketika Dunia Menjelma Biru"