Pesan Kematian
Manusia, denganrkan
kata-kataku, sebelum kata-kata ini tidak bisa dipahami bacaan.
Kelak suatu saat,
ketika kita akan menebus kebahagiaan dengan air mata. biarkan dia mengalir
syahdu, menenggelamkan bebatuan yang memadati lorong jiwa.
Dari sudut sempit
kehidupan, dengan gerai bunga bangkai yang menggesek tanah, aku bergerak menuju
kemenangan. Sungguh sulit. Dan tak ada yang bisa membantuku selain air mata.
tatkala patah asa menyelimuti jiwa, desah rindu menangis pilu. Bukan kekasih yang
aku cari, tapi sahabat yang sepenuh hati.
Aku ingin menuliskan
pesan ini, dari sudut hati yang jauh, tentang hidup, tentang mati. Aku yang
pernah sempat mati.
Ada satu hal yang berbeda di antara kita, engkau pernah
hidup, tapi engkau tidak pernah mati. Dan aku adalah ruh yang dibangkitkan dari
kematian.
Langusng saja aku
perkenalkan diriku, namaku kematian, dari lorong tersembunyi kehidupan. Selalu
ada di setiap tempat dan waktu. Aku adalah angin, yang menertawakan lidah api
dan merobohkan pohon dan gedung. Aku adalah debu, yang menutup-mata-mata yang
melihat. Dan aku adalah bayangan, yang memenjara manusia dari gerak
kebebasannya.
Engkau tentu mengerti
tentang manusia yang tiba-tiba mati tanpa sebab, tentang sekelopok orang di
kota yang berjumpa kematian melalui air bah. Aku disana, merekam seluruh
tangisan dan kesakitan mereka. Aku disana, menertawakan desah kepengecutan
mereka. Dan aku pun disana membelai lembut mereka yang menyerah kepada Allah.
Aku, adalah kepastian
yang mesti engkau lalui. Saat gelap ataupun terang langit. Saat gersang
maupun becek bumi, aku merayap di antara ketakutan dan kekhawatiran manusia.
Bila waktunya tiba, aku tak kan pernah sempat berbicara denganmu.
Bicaraku
adalah tindakan. Dan keputusan final adalah eksekusi tanpa negosiasi. Aku
adalah sayap, yang di balik lembutnya ada pisau-pisau yang menyakitkan. Engkau
tinggal memilih, akan dicabut dengan sayap lembutku, atau pisau tajamku yang
tak pernah tumpul.
Post a Comment for "Pesan Kematian"